30 C
Semarang
Tuesday, 17 June 2025

Indonesia Sudah Didesain Multikulturalisme

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SALATIGA – Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang sering dikenal dengan nama Yenny Wahid menjadi narasumber tunggal Kuliah Umum yang diadakan oleh Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di ruang Tan Ik Hay Kampus Jalan Kartini. Kuliah yang diikuti mayoritas mahasiswa Fakultas Hukum ini mengangkat tema Identitas Nasional, Politik Identitas dan Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia.

Dikatakan Yenny, negara ini didirikan tidak hanya untuk satu identitas saja, tetapi untuk semua. Negara Indonesia sejak awal sudah didesain berdasarkan multikulturalisme sehingga sudah terbiasa mengelola perbedaan. Multikulturalisme sudah menjadi bagian DNA bangsa ini dan menjadi kekuatan Indonesia yang mengantar pada kebesaran berbangsa.

“Multikulturalisme penting karena saat ini menjadi tantangan bagi banyak bangsa di dunia. Tidak ada negara yang bisa klaim sebagai negara monokultur. Setiap negara perlu mengembangkan mekanisme dan cara untuk mengelola perbedaan di masyarakat,” imbuh Direktur Wahid Institute ini.

Di indonesia negara memfasilitasi umat beragama karena mempunyai Pancasila sebagai ikatan suci yang menyatukan kita semua. Pancasila memberikan batasan tetapi juga memberikan ruang untuk semua agama tidak menyerang satu sama lain dan memastikan ada penghargaan terhadap keragaman agama, etnis dan budaya.

Yenny Wahid menambahkan bahwa akhir-akhir ini intoleransi di dunia memang mengalami kenaikan, termasuk di Indonesia yang biasa terjadi dikalangan minoritas. Menurutnya, perilaku intoleran bukan terjadi karena paham agamanya, tetapi karena interprestasi intoleran yang dibuat oleh umat beragama.

Dicontohkannya bahwa di Bogor Gereja Yasmin tidak juga mengantongi izin setelah tiga belas tahun. Sementara itu di Kupang juga ada masjid yang menunggu tiga tahun untuk berdiri. “Kita harus melihat secara proporsional karena tidak boleh dikaitkan dengan satu agama tertentu. Ini adalah masalah kolektif, masalah perilaku dan diselesaikan bersama dengan pendekatan yang berbeda,” terangnya.

Yenny Wahid berpesan sebagai warga negara kita jangan merasa takut karena menjadi minoritas karena semua warga negara memiliki hak-hak yang sama. “Dan jangan merasa terkotak-kotak dan jangan mengkotak-kotakan diri juga. Kita ini satu, Indonesia,” tegasnya.

Kuliah umum ini dibuka oleh Rektor UKSW Neil Semuel Rupidara Ph.D. Dalam sambutannya, Neil menyatakan bahwa kedatangan Yenny Wahid adalah kesempatan emas mendapatkan energi positif mendengar pengalaman-pengalaman yang sudah dikerjakan di NU dan juga Wahid Institute untuk mengembangkan konsepsi diri sebagai kampus Indonesia mini. Sementara itu Dekan Fakultas Hukum UKSW Dr. Marihot Janpieter Hutajulu, S.H., M.Hum bertindak sebagai moderator kuliah umum kali ini. (sas/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya