RADARSEMARANG.COM, SALATIGA – Ratusan mantan karyawan PT Tiga Manunggal Tekstil (Timatex) Salatiga menggelar aksi unjukrasa di depan kantor yang berada di Jalan Soekarno Hatta, Jumat (30/8) pagi. Mereka menuntut adalah pesangon yang belum dibayarkan perusahaan setelah di PHK pada bulan April 2019 lalu.
Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) PT Timatek, Sarimin mengatakan, sebanyak 406 karyawan per 30 April di PHK oleh perusahaan dan sesuai janjinya akan diberi pesangon, namun hingga kini pesangon tersebut belum dibayarkan.
Menurut Sarimin, sesuai aturan ketenagakerjaan mestinya para karyawan mendapat dua kali masa kerja, namun para karyawan hanya diberi satu kali 19 x gaji dan itu pun dicicil dan sebenarnya karyawan tidak mempermasalahkan.
Ada kesepakatan bermaterai antara karyawan yang di PHK dengan perusahaan, sesuai janji, pesangon akan dicicil mulai bulan Juni, namun hingga kini tidak dibayarkan. “Kami hanya menuntut perusahaan konsisten dengan janjinya karena ini juga merupakan hak karyawan,” ujarnya.
Sementara salah seorang eks karyawan yang ikut berunjukrasa Suparno, 53, mengatakan selain pesangon, hak karyawan ter-PHK lainnya yang belum dibayar adalah Jamsostek. Mestinya setelah di PHK, Jamsostek dibayarkan terlebih dahulu namun menurutnya ini semua belum dibayarkan. Para karyawan siap untuk menggelar aksi lanjutan bila perusahaan mengingkari janji dan kewajibannya.
Personalia Timatek Edris Ahmadi mengatakan pihak manajemen selalu berusaha terus untuk segera memenuhi tuntutan. Pihak manajemen pusat sudah dibagi untuk mengatasi urusan pabrik ke depannya. Selain itu juga akan mengurus tanggungan-tanggungan yang belum dibayar.
“Artinya kita optimistis agar permasalahan cepat selesai. Yang untuk BPJS Ketenagakerjaan dari managemen paling lambat tanggal 15 September, baru setelah itu sisa gaji dan pesangon. InsyaAllah, kami tidak akan mendzalimi karena memang sudah ditentukan,” jelasnya.
Manager PT Timatex Ari Sapta mengatakan, sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk memberi pesangon bagi karyawan yang di PHK. Namun pihaknya harus menunggu dari pusat (Jakarta). Ari juga berharap masalah ini tidak berlarut-larut, hanya harus dilakukan secara bertahap.
Mendapat penjelasan dari Ari Sapta, ratusan karyawan tidak puas dan meneriaki sang manager, karena dinilai jawabannya masih mengambang dan belum memberikan jawaban yang pasti kapan pesangon itu akan diberikan.
”Yang saya butuhkan adalah komitmen dan kepastian dari perusahaan kapan pesangon itu akan diberikan, kami ini setiap hari butuh makan. Jangan zalimi kami,” kata Suparno dengan lantang yang diiyakan ratusan karyawan lainnya.
Setelah kurang lebih dua jam berunjukrasa, para pengunjukrasa yang didominasi ibu-ibu itu akhirnya membubarkan diri dan siap untuk berunjukrasa kembali bila perusahaan belum juga mencicil pesangon. (sas/bas)