RADARSEMARANG.COM, SALATIGA – Sebanyak 18 naskah kuno bebahasa jawa yang menggunakan aksara Arab (Pegon) yang telah berumur ratusan tahun menjadi telaah oleh tim dari Balai Arkeologi Jogjakarta.
Lima orang terlihat duduk dengan sangat serius menatap naskah kuno yang berda di meja cukup panjang. Naskah dipegang satu – satu. Naskah kuno ini berwarna coklat tua dan berisi tulisan dengan aksara Arab. Lembar per lembar naskah itu di cermati dan baca, kemudian di tulis jika ada hal – hal yang sekiranya sangat penting. Di meja lainnya, ada satu petugas yang mendokumentasikan dengan mengambil gambar satu per satu halaman naskah itu.
Para pengamat itu adalah tim survei kepurbakalaan yang merupakan gabungan dari balai Arkeologi Jogjakarta, UIN Sunan Kalijaga, UGM, Balai Cagar Budaya Klaten dan Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Semarang.
Mereka melakukan penelitian 18 naskah kuno milik Gunawan Herdiwanto, pengusaha kuliner di kota Salatiga. Naskah yang diprediksi berasal dari tahun 1700an ini berisi tulisan dengan abjad pegon, yakni tulisan berbahasa Jawa yang ditulis dengan aksara Arab. Kata pegon konon berasal dari kata berbahasa Jawa pégo yang berarti menyimpang. Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.
Salah satu peneliti dari Balai Arkeologi Jogjakarta, Masyhudi MA menuturkan pihaknya memang tengah melakukan survei kepurbakalaan di wilayah Kabupaten Semarang. “Dari hasil pengecekan awal, naskah ini berbahan kulit kayu gedog. Bahan ini kerap digunakan dalam naskah tahun 1700an,” tutur Masyudi sambil menunjukkan salah satu naskahnya.
Tulisan dalam naskah itu menggunakan alat tulis yang biasa disebut tinta cina. Selain itu tulisan pegon itu sangat rapi dan halus. Salah satu naskah ada yang menggunakan bahasa Arab dan dibawahnya adalah tulisan pegon dengan ukuran tulisan yang lebih kecil dan lebih tipis. Sebagian besar dari naskah tersebut memang berisi ajaran agama Islam. Mulai dari ajaran tauhid, fiqih maupun syiar lainnya. Selain itu, beberapa naskah lainnya berisi tembang jawa seperti Dandanggulo.
Tim lainnya yakni DR Uki Sukiman, dosen sastra arab UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta menambahkan, setelah dilakukan kajian, maka akan diupayakan penyelamatan. Baik fisik naskah maupun isi yang terkandung dalam naskah itu. “Penyelamatan isi, salah satunya dengan melakukan penyaduran ulang naskah dan ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tentunya ditambah dengan pembenaran tata bahasa yang sesuai. Seperti membuat buku edisi baru, namun dengan beberapa pembenahan agar lebih mudah dipahami,” jelas Uki.
Abdul Jawat Mhum dari Sastra Arab UGM lebih jauh menyebutkan penanggalan naskah itu menggunakan hitungan windu. Sehingga diprediksi jika itu dibuat pada masa awal Mataram. Di salah satu naskah memang tertulis ditulis pada tahun He
Sementara itu, Gunawan Herdiwanto menuturkan jika semua naskah itu merupakan pemberian dari seorang Tuan Guru di Lombok. Ia mengaku sudah melihat dan mempelajari beberapa naskah namun belum semua dibedah.
Mengenai penyimpanannya, ia memang belum memberikan tempat khusus, dan semua disimpan di lemari kamera. Sementara salah satu naskah ada yang dipisah dan disimpan di sebuah kotak kayu dan diberi minyak wangi. “Saya hanya merasa lebih ayem semenjak memiliki semua naskah ini,” terang Iwan, sapaan akrabnya. (sas/bas)