RADARSEMARANG.COM, Pekalongan – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekalongan masih mengkaji penerapan materi kebencanaan jadi kurikulum Muatan Lokal (Mulok) Sekolah Dasar (SD). Rencananya itu akan diterapkan pada 2023. Saat ini Disdik masih mengumpulkan masukan-masukan dari ahli pendidik dan pemerhati lingkungan.
Kepala Disdik Kota Pekalongan Zainul Hakim mengatakan, kurikulum itu diterpakan bertujuan agar pelajar tak pasif dan apatis terhadap bencana. Termasuk bencana yang kerap terjadi di Kota Pekalongan.
“Seperti terkait permasalahan banjir dan rob, sungai yang dipenuhi limbah, sampah, dan sebagainya,” katanya usai membuka Lokakarya Kurikulum Muatan Lokal Kebencanaan Jenjang Sekolah Dasar, di Ruang Jlamprang Setda Kota Pekalongan, Sabtu (29/10).
Ia menjelaskan, kurikulum tersebut akan dirancang seperti materi mitigasi bencana. Siswa akan didorong peduli dan memahami soal perkembangan kota yang makin kompleks. “Biar mereka juga kelak bisa andil mengurai permasalahan lingkungan dan bencana yang sering terjadi di kota ini,” ungkapnya.
Rencana penerapan kurikulum ini tengah dibahas Disdik bersama berbagai pihak. Termasuk dari kepala sekolah dan pengawas-pengawas SD.
Ahli Metodologi Kurikulum Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah Satuan Kerja Kemendikbud RI Erwin Rosilawati mengatakan, kurikulum kebencanaan sangat bisa diterapkan.
“Bisa, mengingat sebelumnya Kota Pekalongan juga sudah ada mulok BTHA dan Batik,” ucapnya.
Kepala Bidang SD Dindik Kota Pekalongan Unang Suharyogi menambahkan, kurikulum mulok kebencanaan itu akan diterapkan untuk kelas I-VI SD. Kontennya soal masalah bencana banjir, rob, penurunan muka tanah, sampah, dan wabah penyakit.
“Kalau ini jadi diterapkan, Pekalongan menjadi kota pertama di Indonesia yang mengimplementasian kurikulum mulok kebencanaan di tingkat SD ini,” ucapnya. (nra/zal)