RADARSEMARANG.COM – Suporter Persip dan Persekap Pekalongan sepakat berdamai dan berbenah. Pasca tragedi Kanjuruhan mereka terus menguatkan komitmen perdamaian semua suporter Indonesia.
Para suporter berkumpul. Mulai dari Bonek Pekalongan, Aremania Pekalongan, Viking Pekalongan, The Jak Pekalongan, termasuk Persekap fans. Mereka menggelar doa bersama, berkumpul dan berkomitmen untuk berdamai.
“Tragedi Kanjuruhan benar-benar menyatukan kami. Aremania dan Bonek di Pekalongan aman-aman saja,” kata perwakilan Persip Fans, Christy Agung.
Beberapa tahun lalu, Persip Fans terlibat kericuhan dengan suporter PSIS Semarang. Belakangan, sempat bergesekan dengan suporter Persibat Batang. Pasca tragedi Kanjuruhan, Persip Fans tak mau tragedi semua itu terulang. Christy sepakat dan mendukung suporter Indonesia ke depan lebih dewasa.
“Tragedi itu merupakan pelajaran yang sangat mahal sekaligus peringatan tuhan untuk suporter sepak bola Indonesia,” ujarnya.
Ia mengapresiasi itikad perdamaian antara suporter Solo dan Jogja yang selama ini kerap bersitegang. Kalau semua damai, akan menjadi ladang pahala bagi korban tragedi itu. “Mereka patut mendapat tempat istimewa di hati suporter Indonesia. Bisa dijadikan sebagai pahlawan simbol perdamaian,” tambahnya.
Perwakilan Persekap Fans, Imam Chasani mengatakan, tragedi Kanjuruhan merupakan sejarah kelam kemanusiaan dan harus dijadikan pembelajaran. Sebagai suporter, ia sepakat wacana perdamaian antar suporter terwujud.
“Kalau rivalitas itu biasa dan memang mestinya ada. Tapi itu sebagai penyemangat saja, tidak lebih. Kita perlu damai,” tegasnya.
Sejauh ini, Persekap Fans tak pernah terlibat dalam kerusuhan sepak bola. Namun Persekap Fans dengan sadar menyatakan mendukung perdamaian. Ia mengakui tensi suporter di gelanggang stadion saat pertandingan merupakan hal biasa. Saling lontar ejekan (psywar) itu, kata dia, adalah hal lumrah. “Sepertinya di mana-mana suporter ya begitu. Tapi cukup saat di tribun saja,” katanya.
Ia menyoroti pihak keamanan yang terkadang terlalu berlebihan menyikapi psikologi masa (suporter). Kejadian di Kanjuruhan, kata dia, bukan bentrokan yang mestinya pihak keamanan tak perlu menyikapi secara berlebihan.
“Tragedi itu tak hanya jadi pelajaran buat suporter, tapi juga pihak keamanan, penyelenggara, dan sebagainya. Kita harus belajar dan menjadi lebih dewasa,” tambahnya. (nra/fth)