RADARSEMARANG.COM, Pekalongan – Kemarin (21/4), tim RADARSEMARANG.COM Biro Pekalongan, berkunjung ke kantor Pengadilan Negeri (PN) Pekalongan. Silaturahmi berlanjut ke perbincangan santai dan hangat. Obrolan malah sampai ke sejarah Pekalongan hingga cerita-cerita seputar Dewi Lanjar.
Tiba pukul 13.00, tim RADARSEMARANG.COM Biro Pekalongan, langsung diterima Ketua PN Pekalongan Salman Alfarasi di ruang kerjanya. “Saya suka baca Jawa Pos. Reputasinya bagus,” kata Salman cepat, tak lama usai bersalaman dengan keempat awak RADARSEMARANG.COM Biro Pekalongan.
Ucapan Salman itu tampaknya bukan isapan jempol. Di meja kerjanya ada koran Jawa Pos. Sepertinya baru dia baca. Sebab posisi koran itu sudah terbuka. Di atasnya tergeletak kacamata, tanpa wadah.
Salman Alfarasi masih baru di Pekalongan. Kurang lebih dua bulan. Ia asal Lampung. Suka sejarah. “Saya masih cari foto-foto gedung kantor ini saat masih zaman Belanda. Mau saya pajang,” ucapnya.
Meski masih baru, Salman sudah punya ketertarikan dengan Pekalongan. Ia mencari-cari cerita sejarah kota itu. Termasuk soal sejarah PN Pekalongan.
“Di sini (PN Pekalongan) adalah yang pertama menjatuhi vonis hukuman mati di Indonesia. Tapi saya masih belum detail baca datanya,” ucapnya.
Obrolan soal sejarah, bergeser ke cerita rakyat ketika Humas PN Pekalongan Fatria Gunawan menyebut nama Dewi Lanjar. Dibanding Salman, Fatria sudah jauh lebih lama tinggal di Pekalongan. Ia pernah mendengar cerita-cerita soal Dewi Lanjar.
Cerita-ceriga entang Dewi Lanjar yang dikatakan Fatria dan awak RADARSEMARANG.COM ternyata juga menarik perhatian Salman. Meski terkesan mistis, kata Salman, tapi menarik.
“Saya tertarik. Karena itu juga agar saya bisa menghormati daerah ini. Apalagi tadi ada cerita Kanjeng Dewi Lanjar juga kadang belanja di pasar. Itu menarik,” tandasnya.
Ngobrol santai itu berlangsung kurang lebih 90 menit. Ditutup dengan foto bersama.
PN Pekalongan, kata Salman, kapan-kapan akan bergantian bertandang ke Kantor RADARSEMARANG.COM Biro Pekalongan. (nra/zal)
