RADARSEMARANG.COM, Pekalongan – Mengenakan masker dan jaga jarak, puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) di Kota Pekalongan dengan ceria berlatih membatik. Ada yang mencanting di kain dengan lilin mencolet warna di lembaran kain, maupun belajar mengecap lilin di bentangan kain secara teliti.
Para pelatih dari tim Museum Batik Kota Pekalongan juga cukup sabar dan telaten menghadapi berbagai karakter anak. Beberapa siswa juga ada yang belajar ‘melorot’, yaitu proses membersihkan lilin pada kain usai dicanting atau dicap. Karena menggunakan air panas, siswa dalam pengawasan pelatih dengan ketat.
Salah satu siswa asal SDN Kalibaros, Anisa, mengaku senang belajar membatik langsung. Jika selama ini hanya tahu hasil batiknya, kini bisa ikut membuat. “Tadi belajar cara mewarnai, cara nyolet pakai canting juga. Kalau ada kesempatan ingin ikut lagi,” serunya sambil memegangi kain hasil membatik.
Pelatihan tersebut digelar Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Pekalongan bekerja sama dengan Museum Batik. Karena masih dalam suasana pandemi, dilakukan secara terbatas. “Selain dana juga terbatas, juga menyesuaikan jumlah, untuk jaga jarak,” jelas Kepala Seksi Kelembagaan SD Dindik Kota Pekalongan Amat Farokhim di Museum Batik Senin (11/10).
Dijelaskan lebih lanjut, bahwa pelatihan muatan lokal batik ini sebelumnya menyasar 3.000 siswa SD. Yang mana setiap sekolah mengirim 40 anak. Namun kini dana terbatas, juga untuk menyesuaikan protokol kesehatan, tahun ini hanya perwakilan 5 siswa saja. “Banyak sekolah protes sebenarnya, namun karena terbatas tadi, maka perlu dipahami bersama,” ujarnya.
Kepala UPTD Museum Batik Pekalongan Bambang Saptono mengatakan, kegiatan tersebut juga dalam rangka kebangkitan museum setempat dalam suasana pandemi covid ini. Dan dia bersyukur, pengunjung juga kembali berdatangan. “Mudah-mudahan Museum Batik kembali menggeliat,” ujarnya. (han/ton)