RADARSEMARANG.COM, Pekalongan – Pemerintah Kota Pekalongan membangun rumah bagi warga terdampak program (WTP) kawasan kumuh, yang sebelumnya tinggal di sempadan Sungai Lodji Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara.
Mereka dipindah di Kelurahan Klego Gg 4, tidak jauh dari lokasi sebelumnya. Pembangunan kawasan baru, ditandai peletakan batu pertama simbolis oleh Wali Kota Pekalongan HM Saelany Machfudz didampingi Wakil Wali Kota Pekalongan HA Afzan Arslan Djunaid dan Direktur PT SMF Trisnadi Yulrisman Senin (11/1/2021).
Diungkapkan wali kota, penataan kawasan kumuh di sempadan Sungai Lodji ini, bisa solusi warga. “Sering ada banjir rob, menjadikan penurunan kualitas permukiman keluarga. Bahkan berakibat kehidupan sosial ekonomi juga terimbas,” ujar wali kota.
Pada awal tahun ini akan dibangun 16 rumah untuk WTP. Dengan menggandeng CSR PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) yang membantu secara konferensif berupa dana hibah, untuk hunian klaster yang layak. Hunian ini menurut Saelany dengan sistem cicilan yang ringan dan dibantu dana subsidi dari PT SMF.
Ditambahkan Wakil Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid lahan yang dibangun untuk hunian baru WTP ini dari hasil pembebasan tanah. Penghuni baru diharapkan bisa memelihara lingkungan sekitar tempat tinggalnya dengan menggalakkan gerakan peduli lingkungan. “Di wilayah ini belum sepenuhnya aman dari banjir dan rob. Warga saya ingatkan menjaga lingkungan, jangan buang sampah sembarangan,” imbaunya.
Sementara itu Direktur PT SMF Trisnadi Yulrisman memaparkan dalam penyediaan rumah baru bagi WTP ini menelan dana hampir Rp 1,5 miliar. “Rumah yang dibangun tipe rumah 36 senilai Rp 90 juta per hunian, dana hibah Rp 60 juta, sisa biaya diangsur WTP,” paparnya.
Hal tersebut dibenarkan perwakilan WTP, bahwa untuk membangun rumah tersebut, pembelian tanah harganya semua sama Rp 50 juta. Kemudian dapat dana CSR masing-masing unit hunian Rp 60 juta, dari harga rumah Rp 90 juta. “Sisa kekurangan dana Rp 30 juta, kami mencicil selama 10 tahun yang sebulannya RP 250 ribu saja,” jelas Fatimah, warga setempat. (han/lis)