RADARSEMARANG.COM, Pekalongan – Para perajin sarung batik di Kota Pekalongan optimistis bisa segera bangkit. Di era adaptasi kebiasaan baru ini, permintaan sarung batik kembali naik.
“Kini dalam sehari kami bisa produksi 1 kodi dan permintaan biasanya kebanyakan datang dari daerah Kudus dan kota/kabupaten di Jawa Timur,” jelas salah satu perajin sarung batik Mastur Minggu (19/7/2020).
Pemilik rumah produksi sarung batik khas Pekalongan di Kelurahan Pringrejo, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan ini mengatakan, saat mulai pandemi covid-19, penjualan sarung batik langsung turun drastis. Benar-benar sepi. Apalagi saat ada keterbatasan pengiriman ke luar daerah dan langkanya bahan baku.
Pedagang sarung batik Aam juga mengaku permintaan penjualan luar kota sudah mulai meningkat, walaupun belum sebesar saat sebelum pandemi. Terutama di daerah yang berbasis pondok pesantren di Jawa Timur. “Pengiriman kemarin ke Jombang dan Kediri, ke salah satu Ponpes yang sudah langganan sarung batik,” ujar pemilik Kios Batik Elfascraft di Pasar Grosir Setono ini.
Efek mulai beraktifitasnya santri yang mulai kembali ke pondok, menurutnya, menjadi salah satu penyebab sarung batik mulai diburu. Selain itu, dibukanya lebar-lebar pengiriman juga memudahkan ekspedisi.
Menurutnya, sebenarnya penjualan sarung batik sudah meningkat sejak tahun sebelumnya. Ditambah dengan keberhasilan Pemerintah Kota Pekalongan membangkitkan kembali budaya memakai sarung batik di lingkungan kerja. Sehingga sarung batik kembali popular. Digemari dan dipakai lagi.
Diungkapkan, dulu sarung identik sama santri atau hanya dipakai di acara akad nikah saja. Namun sejak dipopulerkan ulang sama Pemkot, kini siapa pun pakai sarung batik. “Bahkan di acara-acara formal, pakai sarung batik juga karena,” ujarnya. (han/ton/bas)