RADARSEMARANG.COM, – Kota Pekalongan dikenal sebagai surganya kain batik. Di kota ini, batik sudah jadi kekayaan budaya sejak zaman Belanda. Di Kota Pekalongan juga berdiri Museum Batik. Di sini masyarakat bisa mengetahui sejarah panjang seni batik.(NORMA SARI YULIANINGRUM/RADARSEMARANG.COM).
MUSEUM Batik terletak di Jalan Jetayu Kota Pekalongan. Bangunan berarsitektur lama itu menempati lahan tidak terlalu luas. Namun di dalamnya tersimpan beragam jenis batik yang sangat menarik perhatian.
Ada tiga ruang pameran utama. Di masing-masing ruang, dipajang koleksi kain batik dari dalam maupun luar negeri. Tak sekadar memamerkan batik. Setiap kain-kain batik penuh warna tersebut, dituliskan sejarah mengenai masing-masing batik beserta filosofinya. Misalnya, batik khas Pekalongan, yakni Batik Buketan. Batik ini memiliki corak khas. Motifnya berupa rangkaian bunga menyerupai buket.
Selain itu, terdapat Batik Pagi Sore. Dinamai demikian, karena pada zaman dahulu batik tersebut digunakan untuk dua acara berbeda dalam satu hari, yaitu pada pagi dan sore hari. Coraknya pun unik. Terdapat dua motif dalam satu kain, sehingga bila digunakan dua kali tampak seperti kain batik yang berbeda.
Denny Pujianto, pemandu museum mengungkapkan, meski terdapat beberapa jenis batik dari Malaysia, India, dan Sri Lanka, mayoritas pengunjung mengaku lebih tertarik dengan batik-batik Indonesia. Hal tersebut dikarenakan banyak pengunjung yang ingin tahu mengenai sejarah batik di tanah kelahirannya.
“Mungkin juga karena corak batik milik kita lebih berwarna dan motifnya unik-unik. Jadi pengunjung banyak yang tertarik bahkan setelahnya mengaku ingin cari batik-batik tersebut di pasar,” ungkap Denny sambil tertawa kepada RADARSEMARANG.COM.
Selain memamerkan batik-batik dari berbagai daerah dan luar negeri, terdapat pula batik-batik pemberian dari presiden dan para pejabat negara. Di antaranya, batik pemberian mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan istrinya, Kristiani Herrawati. Ada juga kenang-kenangan batik dari Ainun Habibie yang cukup menarik perhatian pengunjung.
Tak hanya dikunjungi oleh masyarakat umum. Sejak diresmikan pada 2005, Museum Batik juga sering kedatangan tamu istimewa, seperti para pejabat negara serta artis papan atas. Tak jarang pula museum ini digunakan sebagai tempat syuting acara-acara wisata di televisi.
Magnet lainnya yang juga menarik perhatian adalah adanya ruang workshop. Di ruang tersebut, pengunjung akan diajak untuk membatik dengan menggunakan canting dan cap. Salah satu pengalaman berharga yang barangkali tak bisa dirasakan setiap saat.
Tak selesai sampai di situ. Selain ruang utama pameran dan ruang workshop, terdapat pula Cafe Batik. Para pengunjung nantinya dapat beristirahat sembari menyantap hidangan tradisional khas Kota Pekalongan. Dan yang terakhir, terdapat ruang pertemuan serta ruang konsultasi atau pelayanan hak kekayaan intelektual.
Hal menarik lainnya dari museum yang menempati bekas gedung Balai Kota Pekalongan ini adalah tarif masuknya yang hanya Rp 2 ribu untuk anak dan pelajar, serta Rp 5 ribu untuk pengunjung dewasa. Tarif yang relatif murah untuk pengetahuan yang mewah. (*/aro)