RADARSEMARANG.COM, PEKALONGAN – Guna mengatasi masalah sampah, Agus Nurokhim warga Desa Sragi, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan melakukan inovasi dengan membudidayakan ternak Maggot. Maggot sendiri merupakan larva lalat jenis Black Soldier Fly (BSF), yang kemudian dimanfaatkan untuk mengurai sampah-sampah organaik.
Agus menceritakan awal mulanya untuk beternak Maggot karena keresahannya terhadap lingkungkan yang banyak dipenuhi sampah yang tidak dikelola dengan baik. Selain itu dirinya yang juga budidaya ikan lele, mengaku kewalahan memenuhi kebutuhan pakan, karena harganya yang mahal.
“Saya kemudian banyak sharing dengan teman-teman, hal yang bisa mengatasi masalah sampah, juga bisa memenuhi kebutuhan pakan lele. dan pada Desember 2018 lalu, saya lalu menjoba budidaya Maggot,” terang Agas, Kamis (5/9).
Agus yang berprofesi sebagai guru teknik sepeda motor SMK 1 Sragi itu pun menjelaskan, bahwa budidaya Maggot tidaklah susah. Setiap pagi sebelum mengajar dan malam hari saat warung tutup, dirinya mengambil sampah organik seperti sisa sayur, nasi, dan buah-buahan untuk dijadikan pakan Maggot.
“Tinggal ditaruh saja, dan mereka akan mengurai sampah-sampah itu, sangat cepat. Misal pagi sebelum saya menagajar dikasih pakan. Siangnya sudah terurai sampah-sampahnya. Nah sisa uraian itu kemudian bisa dijadikan pupuk organik,” terangnya.
Budidaya Maggot dikatakan Agus juga sangat menguntungkan, karena siklus panennya yang sangat cepat, yakni sekitar 15 hari dari menetasnya telur lalat BSF.Biasanya Maggot akan dijadikan pakan alternatif bagi peternak.
“Biasanya peternak ikan dan unggas datang kesini untuk membeli Maggot untuk pakan. Harganya untuk Maggot usia 15 hari sekilonya Rp. 8 -10 ribu. Sedangkan Maggot yang sudah masuk siklus Prepupa, usia sekitar 20 hari bisa di jual Rp. 60 ribu perkilo nya,” terang Agus.
Awal kali membudidayakan Maggot, sempat mengalami sedikit protes dari sang istri. Dyah Praptiningsih istri Agus sempat risih karena bau yang ditimbulkan dari penguraian samapah organik tercium hingga kedalam rumah.
“Ya dulu sempat risih karena menempatkannya tepat disamping rumah, jadi baunya itu tercium.Kadang kalau ada tamu juga suka gak enak. Tapi ya lama-lama udah mulai mengerti, dan hasil budidayanya juga cukup menguntungkan,” imbuh Dyah. (alf/bas)