RADARSEMARANG.COM, Mungkid – Masyarakat Kecamatan Srumbung sudah gerah terhadap jalan rusak akibat aktivitas truk tambang. Mereka meluapkan kekesalan karena jalan tak kunjung tersentuh perbaikandengan memasang spanduk bernada protes. Pihak desa pun sudah mengupayakan dengan membuat proposal perbaikan jalan senilai lebih dari Rp. 10 miliar
Kepala Desa Banyuadem Fatchurrozi Irfan mengungkapkan, gejolak masyarakat sebenarnya sudah terpendam sejak lama. Mereka kesal setiap hari harus merasakan jalan hancur. Puncaknya, warga kompak memasang spanduk dan banner berisi sindiran di sepanjang jalan rusak.
“Ya itu wajar ekspresi demokrasi. Bahkan sebelumnya juga ada wacana mau demo,” katanya kepada Jawa Pos Radar Magelang di Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung Rabu (5/4).
Dijelaskan, beberapa ruas jalan kabupaten yang rusak parah melintasi tiga desa. Diantaranya Desa Srumbung sekitar 300 meter, Desa Banyuadem 1.200 meter, dan Desa Jerukagung 150 meter. “Kalau beberapa ruas jalan di Jerukagung hingga Kemiren itu sudah dibetonisasi. Harapannya ya sampai ke Desa Banyuadem hingga Srumbung,” tutur Irfan.
Ia juga prihatin dengan kondisi jalan tersebut. Karena jalur tersebut selain untuk akses transportasi, aktivitas ekonomi dan pendidikan juga menjadi jalur evakuasi. Dikhawatirkan, ketika terjadi bencana justru jalan tersebut mencelakai masyarakat. “Setiap Musrenbangdes dan Musrenbangcam sudah kita ajukan setiap tahun,” ungkapnya.
Pihaknya, bersama kepala Desa Srumbung dan Jerukagung sudah mengajukan proposal ke Bappeda Kabupaten Magelang. Perbaikan jalan dengan cor beton setebal 40 sentimeter. “Hasilnya, di tahun ini (2023) baru bisa dianggarkan,” terang Irfan.
Jalan tersebut, kata dia, terakhir diperbaiki beberapa tahun setelah erupsi Merapi 2010. Ketebalan aspal mix sekitar 30 sentimeter yang hanya bertahan dua tahun. Kerusakan berangsur cepat seiring dengan masifnya penambangan pasir. “Kita sudah upayakan aspirasi masyarakat agar pemerintah kabupaten segera melakukan perbaikan jalan,” jelasnya. (mia/ton)