Ia menjelaskan, sejak objek wisata tersebut berdiri, pendapatan tidak dibebankan untuk pendapatan asli desa (PAD). Saat ini masih terkonsentrasi untuk pengembangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Seperti dialokasikan untuk ke sektor sosial kegamaan pembangunan masjid, TPA, hingga ke orang sakit. “Mungkin setelah pengembangan selesai, tahun depan akan masuk PAD,” ujarnya.
Pihaknya juga tak segan-segan menggandeng investor. Hal itu dilakukan untuk percepatan pembangunan hingga tuntas. Sehingga muncul spot baru berupa patung kuda dan kastil. “Kalau wahana dan spot bertambah nantinya juga banyak orang yang akan kita berdayakan,” jelas Yono
Menurutnya, keberadaan objek wisata tersebut mengubah pola hidup masyarakat. Yang semula bertani, beberapa juga sudah mulai berdagang dan menjadi pelaku wisata.
Tercatat ada 30 karyawan yang berasal dari karang taruna dan BUMDes dan terlibat sejak awal merintis. “Masih banyak pengembangan, salah satunya kebun stroberi dan glamping (glamour camping),” jelasnya. (mg12/mia/ton)