RADARSEMARANG.COM, MUNGKID,– Puluhan orang mengadakan perjalanan hening atau meditation walk dengan membawa wayang menuju pelataran Candi Borobudur, Senin (7/11). Kegiatan itu untuk memperingati Hari Wayang.
Prosesi perjalanan hening itu merupakan upaya menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya tradisi warisan leluhur kepada generasi muda. Dalam prosesi itu setiap peserta membawa satu tokoh wayang dan mengenakan baju batik.
Perjalanan laku wayang (meditation walk) dimulai dari Balai Konservasi Borobudur (BKB) menuju pelataran Candi Borobudur. Mereka berjalan tenang tanpa suara. Sesampainya di pelataran Candi Borobudur, peserta mengelilingi candi satu putaran. Kemudian berkumpul diakhiri doa bersama.
Pegiat sekaligus ketua panitia acara Eko Sunyoto mengatakan, meditation walk sebagai titah. Titah ini sebagai wayang, yang tentunya ada dalang.
“Kita sebagai manusia yang hidup di dunia ini merupakan wayang, dimana kita mempunyai pencipta yang mengatur dunia ini,” jelasnya.
Penggunaan wayang ini sebagai experience kepada generasi muda, sekaligus mengenalkan wayang ke generasi muda. Wayang tidak hanya sebuah pergelaran tradisi. Dalam pergelaran wayang terkandung nilai religi, edukasi dan sosial tradisi adiluhung yang harus diperkenalkan kepada generasi muda sejak dini.
Eko menjelaskan peserta melalui pendaftaran dan penjaringan.
“Sehingga mereka yang ikut ini sebagai upaya mengukur seberapa besar genarasi muda antusias ikut serta melestarikan wayang,” ucapnya.
Para peserta ini merupakan data awal. Setelah acara World Wayang Way Borobudur 2022 akan ada diskusi lanjutan di tahun 2023 sampai November.
“Peserta yang ikut ini ada 25 orang. Mereka rata-rata berusia 12 sampai 30 tahun,” terangnya.
Salah satu peserta Tuti Alawiyah Suryadi menyambut baik meditation walk. Menurutnya kegiatan ini bisa menjadi salah satu upaya untuk melestarikan wayang. (rfk/lis)