RADARSEMARANG.COM, MUNGKID – Teka-teki tewasnya Wahid Syaiful Hidayat (WSH), 13, yang jasadnya ditemukan di kebun kopi Dusun Kupen, Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang akhirnya terkuak. Warga Dusun Sudimoro, Desa Baleagung, Kecamatan Grabag itu dibunuh oleh teman sekelasnya berinisial I, 14, secara sadis. Pelaku gelap mata lantaran sakit hati setelah tepergok mencuri handphone milik korban. Siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Grabag itu tega menghabisi temannya menggunakan sabit.
Seperti diberitakan RADARSEMARANG.COM sebelumnya (5/8), korban WSH dilaporkan hilang ke Polsek Grabag oleh keluarganya pada Rabu (3/8) lalu. Siswa SMP Negeri 2 Grabag itu ternyata ditemukan tak bernyawa pada Kamis (4/8) sore dengan kondisi tertelungkup dan terdapat luka pada bagian kepala, tangan dan kaki. Korban ditemukan di kebun kopi sekitar 50 meter dari Jalan Pirikan-Grabag. Setelah dilakukan olah TKP, jenazah korban dibawa ke RSUD Muntilan untuk diotopsi.
Kepala Dusun Sudimoro Sih Agung menjelaskan, sebelumnya pelaku ketahuan mencuri ponsel milik korban. Saat itu, pelaku mengakui telah mencuri. “Memang dia (pelaku, Red) sering mencuri ponsel dan uang. Ngakunya karena ada pesanan,” katanya saat ditemui RADARSEMARANG.COM di rumahnya, Jumat (5/8).
Pada Rabu (3/8), kata dia, pelaku bersama rombongan siswa lain berjumlah 10 anak mendatangi rumah korban untuk meminta maaf. Saat itu, pelaku dan teman-temannya masih mengenakan seragam SMP. Meski sudah mengakui dan meminta maaf, ternyata persoalan belum usai. Rupanya pelaku masih menyimpan rasa sakit hati. Hingga pada pukul 16.30 WIB, pelaku memakai nama palsu Fahrudin asal Munggang, Sumurarum mengajak WSH keluar dengan kedok mengerjakan tugas sekolah. “Yang menjemput korban hanya satu. Dan itu izin ke orang tuanya dengan mengaku bernama Fahrudin,” jelasnya.
Sejak saat itu, korban tidak pulang. Hal itu membuat keluarganya panik. Upaya pencarian dilakukan dengan melibatkan warga, namun hasilnya nihil. Orangtua korban juga melaporkan ke Polsek Grabag. Hingga pada Kamis (4/8) sekitar pukul 15.00, warga menemukan jazad remaja tertelungkup di kebun kopi Dusun Kupen, Desa Baleagung, Kecamatan Grabag. Belakangan diketahui jenazah remaja itu adalah Wahid Syaiful Hidayat. “Kalau dilihat dari kronologinya, ada kemungkinan ini direncanakan,” duganya.
Kapolres Magelang AKBP Sajarod Zakun mengatakan, pasca terungkapnya kasus pembunuhan itu, pihaknya sudah mengamankan seorang terduga pelaku. Dugaan awal, kata dia, korban meninggal karena dianiaya. Sebab, secara kasat mata, terdapat sejumlah luka disebabkan oleh benda tajam dan tumpul pada bagian kepala, kaki, dan tangan. “Kita sudah lihat hasil resmi otopsi yang dikeluarkan rumah sakit untuk penyelidikan lebih lanjut,” paparnya.
Ia mengaku, untuk motifnya masih diselidiki. Apakah ada unsur kesengajaan atau perencanaan. Keterangan sementara, kata dia, pelaku melakukan sendiri. Meski begitu, pihaknya akan terus mengembangkan jika ada keterlibatan pihak lain. “Pengakuan sementara, pelaku menggunakan sabit dan balok kayu saat menganiaya korban,” bebernya.
Karena terduga pelaku masih anak-anak, lanjut dia, penanganan kasus pembunuhan ini dilakukan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskim Polres Magelang.
Kepala Dusun Sudimoro Sih Agung menambahkan, korban WSH dikenal sosok remaja yang baik, pendiam, dan tidak nakal. Korban putra sulung, dan memiliki seorang adik. Mendengar putra sulungnya dibunuh, kedua orangtuanya tentu terpukul dan sempat depresi. Orangtua korban meminta pelaku diberikan hukuman setimpal dengan perbuatan yang dilakukan. “Korban dan keluarganya baru pindah dari Jogjakarta, belum ada sebulan,” ungkap Sih Agung.
Ia mengungkapkan, dulu keluarga korban memiliki Kartu Keluarga (KK) Dusun Sudimoro. Namun mereka pindah ke Jogjakarta berjualan bakso. Karena kontrakannya habis, korban dan keluarganya pulang ke Grabag. “Masih berjualan bakso di Pasar Grabag. Niatnya ingin memulai kehidupan baru di sini. Anaknya juga sekolah di sini. Tapi, belum ada sebulan, malah terkena musibah ini,” terangnya.
Kepala SMP Negeri 2 Grabag Sodik Mujazin menyayangkan kejadian ini. Apalagi sampai menelan korban nyawa. Ia sangat terpukul karena melibatkan anak didiknya. Karena itu, usai kejadian itu, ia bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang, Camat Grabag, Kapolsek Grabag, Danramil Grabag, dan seluruh kepala sekolah di Kecamatan Grabag melakukan koordinasi. Upaya tersebut dilakukan berkaitan dengan pencegaahan supaya kejadian serupa tidak terulang.
“Ini merupakan kejadian di luar dugaan kami. Yang paling penting adalah bagaimana supaya tidak terulang kembali,” ujarnya.
Ke depan, pihaknya akan membuat kebijakan yang dapat mencegah peristiwa kelam itu terulang kembali. Selain itu, pihaknya juga melakukan trauma healing kepada siswa lainnya.
Ditanya tentang sosok korban dan pelaku, ia tak menjawab apapun. Sebab, keduanya masih kelas 7, dan baru beberapa minggu masuk sekolah. “Karena anak kan baru masuk tiga minggu ini,” katanya. (mia/aro)