RADARSEMARANG.COM, Mungkid – Komunitas Masyarakat Budaya Brayat Panangkaran Borobudur gelar prosesi Suran Borobudur dengan membentangkan kain putih sepanjang 600 meter. Kirab dimulai dari Jalan Medang Kamulan menuju pelataran Candi Borobudur. Momentum itu menjadi titik penyatuan budaya Jawa dengan Islam.
Acara bertajuk ‘Mengembalikan Nilai Spiritual Borobudur melalui Tradisi’ ini sebagai media penyampai pesan nenek moyang kepada generasi penerus. Adapun, puncak acara ini yakni Kenduri Budaya. Dimaksudkan untuk melestarikan dan mengembangkan potensi budaya lokal di kawasan Borobudur dan sekitarnya.
Tokoh Brayat Penangkaran Borobudur Sucoro mengungkapkan, kirab budaya ini mengarak gunungan, pusaka keris, dan lilin. Masing-masing sarat dengan makna luhur. Menurutnya, keris merupakan senjata yang mempunyai roh spiritual. Sementara kain putih melambangkan kesucian. “Lilin sebagai simbol semangat dan penerangan jalan,” katanya Minggu malam (31/7).
Menurut Sucoro, bulan Sura diartikan sebagai akulturasi antara budaya Jawa dengan Islam. Dengan menitikberatkan pada ketenteraman batin dan keselamatan jiwa. Selain itu juga agar mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya.
Ia berharap acara Ruwat Rawat Borobudur yang rutin diselenggarakan tiap tahun menjadi ruang komunikasi budaya. Sehingga dapat mensinergikan seluruh komponen stakeholder wisata, travel wisata, pelaku wisata, budayawan lokal, nasional, dan mancanegara.
Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Wiwit Kasiyati mengungkapkan, tradisi tersebut juga terdapat di relief Gandawyuha Candi Borobudur. Relief Gandawyuha itu berada di lorong 2 dan 3 Candi Borobudur. Pada relief itu menceritakan nilai spritual yang bersifat universal yang ada di masyarakat.
Lebih lanjut Wiwit mengungkapkan, pihaknya akan berupaya melestarikan tradisi 1 Sura karena ini bagian dari objek pemajuan kebudayaan. Sehingga akan terus harus digali, dikuatkan sehingga agar menjadi identitas masyarakat setempat.
Usai prosesi di Candi Borobudur, Komunitas Budaya warga Brayat Panangkaran menggelar pentas puluhan kelompok kesenian. Pergelaran ini sebagai wujud rasa syukur dan menghibur masyarakat di sekitar Candi Borobudur. (mg7/mg8/mia/lis)