RADARSEMARANG.COM, Mungkid – Senin (16/5) malam sejumlah pengunjung memadati area concourse Borobudur. Setelah absen selama dua tahun karena pandemi Covid-19, penerbangan lampion di momen Waisak kembali dilakukan.
Penerbangan lampion dilakukan dua sesi, sekitar pukul 19.30 dan 21.30. Sebelum lampion diterbangkan, dilakukan renungan dan pembacaan doa. Dipimpin seorang biksu di atas panggung.
Para peserta berkelompok untuk menerbangkan lampion. Satu kelompok terdiri dari lima orang. Perlahan-lahan peserta melepaskan lampion ke langit. Malam itu langit Borobudur dihiasi ribuan lampion yang beterbangan.
Cut Juliani, seorang peserta mengaku terkesan dengan penerbangan lampion. Ia bersama temannya dari Jakarta hanya untuk mengikuti event penerbangan lampion di Candi Borobudur.
“Pelepasan lampion tadi seru banget. Karena baru pertama kali. Puas banget,” ujar Cut Juliana. Ia mengaku jauh hari memesan tiket penerbangan lampion, supaya tidak kehabisan. Mengingat banyak yang tertarik dengan event tersebut.
Sejumlah tokoh publik ikut dalam penerbangan lampion. Salah satunya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang didampingi istrinya, Siti Atiqoh. “Setelah dua tahun tidak bisa, rasanya mereka berbahagia. Dari penjuru tempat datang dan saya merasakan suasana yang membahagiakan,” ujar Ganjar.
Seusai sesi pertama penerbangan lampion, pukul 20.00 dilakukan perayaan Dharmasanti Tri Suci Waisak di Taman Lumbini Candi Borobudur. Hadir dalam acara tersebut Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. Ia mengapresiasi bersatunya Walubi dan Permabubdhi dalam perayaan Waisak 2566 BE di Candi Borobudur tersebut.
Kata dia, hal tersebut menunjukkan umat Buddha di Indonesia tidak bisa dipecah-pecah dan akan selalu bersatu. “Akan menjadi tonggak dan pasti akan dicatat dalam sejarah bahwa umat Buddha Indonesia itu tidak bisa dipecah-pecah.” ujarnya.
Menurutnya umat Buddha sudah tidak asing lagi dengan kehidupan jalan tengah. Mengedepankan sikap moderat dalam praktik kehidupan beragama. (man/lis)