RADARSEMARANG.COM, Mungkid – Di tengah terik matahari, ribuan umat Buddha berkumpul di pelataran Candi Borobudur, Senin (16/5). Mereka bermeditasi sembari menunggu detik-detik Waisak yang jatuh pada pukul 11.13.46.
Meditasi menunggu detik-detik Waisak dipimpin oleh Biksu Wongsin Labhiko Mahatera. Umat yang hadir tampak khusyuk dengan sikap anjali. Merangkapkan kedua telapak tangan di depan dada masing-masing.
Detik-detik Waisak ditandai dengan pemukulan gong sebanyak tiga kali oleh Siti Hartati, ketua umum Walubi. Para biksu sangha pun secara bergantian memanjatkan doa di altar depan Candi Borobudur. Pembacaan doa dilakukan sampai dengan pukul 13.30.
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi menuturkan, Waisak 2566 BE diharapkan menjadi momentum bagi umat Buddha untuk mengingat kembali tiga peristiwa suci dalam kehidupan Buddha Gautama. Yakni kelahiran, pencapaian pencerahan sempurna, dan pemangkatan Sang Buddha.
Kepada umat Buddha yang datang, Zainut Tauhid mengajak untuk mengaktualisasikan ajaran luhur Buddha Gautama dalam kehidupan sehari-hari. “Keteladanan dari Sakyamuni Buddha dalam hal praktik cinta yang merupakan nilai-nilai universal dapat kita aktualisasikan. Agar terwujud kehidupan beragama yang lebih moderat,” tutur Zainut Tauhid.
Baginya dengan sikap cinta kasih dan toleransi, maka akan tercapai sebuah kebahagiaan sejati. Sejalan dengan tema perayaan Waisak 2566 BE, yakni Jalan Kebijaksanaan Menuju Kebahagiaan Sejati.
Sementara itu Ketua Umum Walubi Siti Hartati mengatakan, sesuai dengan tema Waisak 2566 BE, umat perlu merasakan hidup penuh kesabaran dan kebijaksanaan, untuk mencapai pencerahan. “Jika pencerahan mencapai tingkat sempurna. Kita semua akan menjadi Buddha kembali ke nirwana,” tuturnya.
Usai detik-detik Waisak dan pembacaan doa, Senin malam diterbangkan 2.022 lampion dalam dua sesi. Yakni pukul 19.30 dan 21.00. Kemudian dilakukan prosesi pradaksina. Biksu mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali searah jarum jam. Sambil membawa api dharma dan air berkah.
Sebelumnya pada pagi hari, biksu dan umat Buddha melakukan kirab Waisak 2566 BE dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur. Kebanyakan umat berjalan kaki, namun ada juga yang menaiki kendaraan yang dihias dengan beragam bentuk.
Warga memenuhi sepanjang jalan Candi Mendut sampai Candi Borobudur untuk menyaksikan prosesi kirab. Selain membawa api dharma dan air berkah, dibawa pula hasil bumi dari penduduk lokal di sekitar Candi Mendut dan Borobudur. Hasil bumi tersebut dipikul menuju Candi Borobudur. (man/lis)