RADARSEMARANG.COM, Mungkid – Minggu (27/3), Lapangan Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan dipadati masyarakat. Mereka meramaikan acara Bajong Banyu. Tradisi yang sejak 10 tahun terakhir rutin digelar untuk menyambut bulan Ramadan. Sempat vakum dua tahun karena pandemi Covid-19.
Penggagas Bajong Banyu Tri Setyo Nugroho mengatakan, Bajong Banyu artinya perang air atau sirat-siratan. Tradisi ini merupakan kemasan baru yang dibuat masyarakat untuk menggantikan tradisi padusan.
“Ketika sirat-siratan terus basah-basahan, semakin akrab orang yang dibasahi maka tidak akan marah. Tapi malah senang, terus membalas,” ujar pria yang akrab disapa Gepeng ini.
Secara filosofis, ketika Bajong Banyu atau perang air dilakukan, otomatis tergambar bagaimana selama ini masyarakat berinteraksi sosial dengan ikhlas, rukun, serta asah, asih, asuh. “Orang semakin banyak diserang karena orang ngerti dia baik dan seterusnya,” lanjut Gepeng.
Sebelum perang air, acara diisi dengan pentas seni tari. Setelah, pemberian sambutan sesepuh dan perangkat desa, prosesi berlanjut pada pengambilan air dari Sendang Kedawung. Mereka melakukan kirab dari lapangan ke sendang. Berjalan kaki kurang lebih 10 menit.
Air sendang diambil menggunakan wadah tanah liat. Kemudian dimasukkan ke gentong besar yang diletakkan di tengah lapangan tempat pentas. Masyarakat berkumpul di lapangan. Dari rangkaian kirab air sendang, juga ada tarian Pawitra yang menggambarkan pensucian diri.
Masyarakat diberi kesempatan untuk bersuci dengan membasuh muka menggunakan air dalam gentong. Kemudian masyarakat secara bersama-sama melalukan perang air menggunakan air yang sudah dimasukan wadah plastik. Antusiasme masyarakat membuat suasana semakin meriah meriah.
Gepeng menambahkan, dulu Sendang Kedawung merupakan sumber mata air satu-satunya di kampung mereka. Tradisi setahun sekali ini lantas diharapkan sebagai momen mengingatkan masyarakat untu melestarikan sumber air tersebut. “Setiap tahun sekali kita diingatkan ke sendang untuk menjaga air agar tidak surut,” beber Gepeng.
Sementara Kepala Dusun Dawung Wisi berharap, setelah melakukan Bajong Banyu, masyarakat menjadi suci dan bisa menjalankan ibadah di bulan puasa secara sempurna. “Mudah-mudahan tahun-tahun yang akan datang bisa melaksanakan Bajong Banyu dengan lebih meriah,” jelasnya. (rhy/ton)