RADARSEMARANG.COM – Jemunak jajanan khas Desa Gununpring, Muntilan, Kabupaten Magelang. Hanya dapat ditemui di bulan Ramadan. Makanan tersebut merupakan warisan turun temurun yang hingga kini masih dilestarikan.
Ponisih warga Karaharjan, Gunungpring, Muntilan, Kabupaten Magelang sibuk mengukus beras ketan di panci ketika wartawan koran ini datang. Sesekali ia mengecek api di tungku agar tetap menyala. Tiga tahun belakangan ia menjadi pemroduksi jemunak. Meneruskan ibunya, Mulyodinomo atau biasa disebut Mbah Mul.
Jemunak tergolong jajan unik. Hanya ada pada bulan Ramadan. Makanan khas Desa Gunungpring. Sehingga tidak akan ditemui di tempat lain. Jajanan ini terbuat dari campuran beras ketan dan ketela yang ditumbuk. Disajikan dengan parutan kelapa dan saus gula jawa.
Di Gunungpring tak banyak yang memproduksi jemunak, hanya beberapa saja. Yang paling dicari tentu saja jemunak Mbok Mul. Selain legendaris, cita rasanya juga nikmat. “Simbok sudah membuat jemunak sejak saya masih kecil. Mewarisi resep dari mbah buyut,” ujar Ponisih. Wanita 50 tahun ini pun merasa memiliki tanggung jawab untuk meneruskannya.
Setiap hari ia memproduksi 500 bungkus jemunak. Dibantu adiknya, Kasirah serta keponakannya Heru Wiyanta. Untuk membuat 500 bungkus jemunak ia menyiapkan ketela 20 kg, beras ketan 5 kg, gula jawa 5 kg serta 3 butir kelapa. Satu bungkus jemunak dijual dengan harga Rp 2.500.
Pembeli jemunak mayoritas berasal dari Desa Gunungpring. Beberapa ada yang dari luar kota. Mereka penasaran setelah melihat jemunak di media sosial. “Biasanya ada juga yang dari Jogjakarta,” tuturnya. Setiap hari para pembeli datang langsung ke rumahnya. Ponisih tidak perlu berkeliling, barang dagangannya habis di rumah.
Meski jemunaknya laris, Ponisih tetap menjualnya di bulan Ramadan saja. Mengikuti jejak dari buyutnya. Mengingat sedari dulu jemunak telah menjadi ikon Ramadan di Desa Gunungpring. Setiap Ramadan pasti ada jemunak. “Kalau dijual tidak di bulan Ramadan nanti ciri khasnya hilang,” katanya.
Sementara itu, Luki salah satu pembeli mengatakan, setiap hari selalu membeli jemunak Mbah Mul. Rasanya gurih dan manis. Ditambah bahan bakunya alami tanpa campuran bahan kimia.”Setiap hari saya ambil 50 jemunak untuk dimakan sendiri maupun dijual kembali. Sudah 10 tahun saya berlangganan,” ungkap Luki. (man/lis)