RADARSEMARANG.COM, Mungkid – Penambang pasir di Dusun Windusabrang, Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang tidak sengaja menemukan situs purbakala yang diduga candi petirtaan. Tepatnya di sebuah kawasan pertemuan hulu Sungai Pabelan dengan aliran Sendang Songo dan Sendang Umbul/Tirta Nirmala.
Warga setempat, Ginut, 40, mengaku ini pengalaman pertamanya menemukan sebuah candi, sejak tiga tahun bekerja sebagai penambang pasir. Sayangnya, ia tidak mengingat pasti tanggal penemuan candi tersebut. “Saya lupa, tapi kira-kira sebulan lalu,” katanya, kemarin.
Saat itu, ia sedang mencari pasir dan menemukan beberapa bongkahan batu yang tersusun di kedalaman 1 meter dari atas tanah. Lalu ia bersihkan. Selain itu, ada yang terpisah, kemudian ia kumpulkan. Ada pula empat kemuncak ditemukan, dan sempat di bawa ke rumah warga untuk diamankan.
Pemilik lahan Bukari tidak akan menjual batu-batu yang diduga bagian dari candi. Meski situs bersejarah itu ditemukan di lahannya yang sudah bersertifikat. “Nggih, niki lahan gadah piyambak, sampun turun temurun. (iya, ini lahan milik sendiri, sudah turun temurun),” ucapnya.
Dari total lahan warisan orang tua seluas 2,5 hektare yang diberikan kepada dirinya dan saudaranya itu, lanjut Bukari, baru di area itu saja yang ditemukan candi. Selebihnya berupa pasir dan batu. Sekarang kegiatan penambangan secara manual masih berjalan.
Kemarin, warga Magelang menggelar ritual bakti alam pascaditemukannya situs purbakala yang diduga candi petirtaan oleh seorang penambang pasir di Dusun Windusabrang, Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Ritual ini dipimpin oleh sesepuh penghayat kepercayaan Pahoman Sejati Ki Rekso Jiwo.
Persiapan ritual dimulai dengan pembakaran wewangian seperti dupa. Kemudian meletakkan sesaji di atas bagian candi yang digunakan sebagai altar. Dialasi daun pisang. Di atasnya, ditata aneka makanan, seperti nasi, ayam goreng, dan buah-buahan. Setelah itu, uluk salam. Istilah meminta izin kepada segala sesuatu yang ketara dan tidak tampak. Dilanjutkan dengan membaca mantra. Ritual diakhiri dengan jamasan beberapa bagian candi yang ditemukan. Air yang digunakan untuk menyiram dan mencuci candi itu diambil dari Sendang Tirta Nirmala. Yakni pusat air yang mengaliri kawasan di temukannya situs bersejarah itu.
Pengikut ritual, Agung Begawan Prabu menyebut ritual spiritual ini sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kehidupan dan penghidupan melalui keberadaan alam. Menurutnya, penemuan candi ini adalah bukti adanya kehidupan di masa lampau. (put/ton/bas)