RADARSEMARANG.COM, MUNGKID -Ada hal yang menarik pada upacara penurunan bendera 17 Agustus 2019 yang digelar Sabtu (17/8/2019) sore di ponpes Ihsanul Fikri Mungkid. Pasalnya, seluruh petugas upacara termasuk pasukan paskibranya adalah para santriwati. Memang ini adalah tradisi di Ponpes Ihsanul Fikri. Santri putra menjadi petugas pengibar bendera di pagi hari sedangkan santri putri menjadi petugas upacara penurunan bendera di sore hari pada setiap upacara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan mengenakan seragam serba putih, lengkap dengan jilbab dan rok panjangnya, para santriwati tetap lincah dalam melakukan baris berbaris.
“Hal ini tradisi di kami. Pasukan putra dan putri dipisah. Putra untuk pagi, petugas putri untuk sore hari. Selain aturan, ini juga sebagai sarana agar kesempatan untuk menjadi pasukan pengibar bendera lebih besar, baik untuk putra maupun putri,” ujar Pawit Riyadi penanggung jawab paskibra ponpes Ihsanul Fikri.
Ditambahkan Fita, pembina paskibra putri, para santri putri terbiasa dengan rok panjang dan jilbab besar. Namun itu tak menjadi masalah bagi anak-anak untuk tetap bertugas. “Tidak ada masalah bagi anak-anak untuk tetap menjadi petugas pengibar bendera dengan tampilan yang syar’i. Nyatanya, mereka tetap baris rapi dan indah,” ujar Fita.
Yanuar Hanif, selaku pembina upacara menyampaikan tentang pentingnya membela negara tercinta NKRI. Ia mencuplik bagian lagu wajib nasional Berkibarlah Benderaku dalam amanat upacaranya. “Kalian tahu arti berkibarlah benderaku? Bahwa dalam kondisi apapun, sang saka merah putih harus tetap berkibar di negeri tercinta kita ini,” tandasnya.
Upacara pengibaran bendera mereah putih diadakan di Ponpes ihsanul Fikri pada pagi harinya dihadiri 1.500 santri, dan 250 guru dan karyawan Yayasan Tarbiyatul Mukmin yang menaungi ponpes Ihsanul Fikri, SMPIT, SMAIT, dan SMKIT Ihsanul Fikri. Sedangkan upacara penurunan bendera dilakukan pada sore hari dengan dihadiri oleh para guru dan karyawan, dengan tambahan peserta para santriwati saja. (*/svs/lis)