RADARSEMARANG.COM, MUNGKID – Dua atlet pencak silat asal MI Al- Jihad Kebonrejo 1 Salaman, Kabupaten Magelang mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Keduanya, Luluk Yuliana Lutfikasari dan Amirotuzzaidah, yang berhasil meraih juara II dan III dalam ajang tournamen pencak silat ‘Bali Internasional Championship I’ yang digelar pada 24-28 Juli 2019 lalu.
AGUS HADIANTO, Mungkid, Radar Semarang
WAJAH Luluk Yuliana Lutfikasari dan Amirotuzzaidah tampak berbinar. Kemarin, secara khusus keduanya diterima Wakil Bupati Magelang Edi Cahyana. Kedatangan kedua atlet belia tersebut dikawal sekitar 200 sepeda motor dan puluhan mobil yang mengarak mulai dari sekolah hingga ke kantor Pemkab Magelang di Mungkid.
Luluk Yuliana Lutfikasari mengaku sangat bangga karena prestasinya mendapat apresiasi yang besar dari masyarakat dan Pemkab Magelang. Gadis kelahiran 5 Juli 2007 ini dalam turnamen yang digelar di Bali itu berhasil meraih medali perak. Langkahnya menjadi yang terbaik kandas oleh pesilat Singapura. Ia mengakui Singapura adalah lawan yang sangat berat dalam turnament tersebut.
“Saingan waktu pertandingan silat di Bali, pertama dengan Semarang. Sedang pada saat final dengan Singapura,” kata putri pasangan Muhammad Agus dan Mustaniroh ini kepada RADARSEMARANG.COM.
Luluk mengaku, dirinya tidak letih untuk terus berlatih. Bagi siswi kelas 6 MI Al- Jihad Kebonrejo 1 Salaman ini, bisa meraih prestasi internasional adalah kebanggaan tersendiri.
“Sebelumnya, saya pernah mendapatkan juara I turnamen pencak silat tingkat Pagar Nusa Kabupaten Magelang, Juara II Popda, Juara 1 tingkat Nasional di WTC Jogjakarta, Juara I tingkat Asia di Sumedang, dan Juara II tingkat Internasional di Denpasar Bali,” tuturnya.
Sedangkan Amiratuz Zaidah harus puas meraih medali perunggu dalam turnamen yang diikuti 1.470 atlet dari tiga negara Malaysia, Singapura, dan Indonesia tersebut. Ia dikalahkan oleh rekan senegaranya dari Surabaya. Meski begitu, ia sangat senang karena telah mampu mengharumkan nama Indonesia. “Rasanya senang dan bangga,” kata putri pasangan Muhaimin dan Siti Amiroh.
Amiratuz menuturkan, sebelumnya, dirinya berhasil mengantongi juara I pencak silat tingkat Asia di Sumedang. Namun saat di Bali, menurutnya, dirinya hanya mampu juara III dan harus takluk dengan atlet asal Situbondo.
Ia mengaku akan berlatih lebih giat lagi untuk mempersiapkan pertandingan berikutnya di Singapore Open 2020. “Saat ini saya sedang mempersiapkan pertandingan berikutnya Singapore Open 2020,” imbuhnya.
Pelatih pencak silat MI Al Jihad Kebonrejo 1 Salaman, Ilham Kholis Al-Hafidz, mengaku dalam persiapan mengikuti turnamen tersebut, kedua anak didiknya berlatih hanya dalam kurun waktu satu minggu, dengan latihan sebanyak 3 sampai 4 kali di MI Al-Jihad Kebonrejo 1 Salaman. Namun menurut Ilham, keduanya sudah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat yang diadakan di MI sejak duduk kelas 4.
Ilham menyebutkan, kedua anak didiknya berencana akan mendaftar ke Singapore Open yang akan diselenggarakan pada 2020. Tournament di Bali, menurut Ilham, cukup berat karena pertandingan menggunakan sistem pool atau sistem gugur. Ia menambahkan, kelas pertandingan kedua atlet berbeda karena disesuaikan dengan sistem berat badan. Luluk memiliki berat 36 kilogram, sedang Amirotuz memiliki berat 38 kilogram, sehingga pada saat turnamen, Luluk melawan Singapura dan Amirotuz melawan Sumedang.
“Sistem pool atau sistem gugur disesuaikan dengan berat badan, tinggi, dan kelas umur,” bebernya.
Kepala MI Al Jihad 1 Kebonrejo, Salaman, Muh Hidayat Rofik, mengaku bangga atas prestasi yang telah diraih oleh dua anak didiknya tersebut. Ia menuturkan, meskipun mengalami keterbatasan dibanding dengan sekolah-sekolah lainnya, MI Al Jihad 1 Kebonrejo sudah membuktikan prestasinya melalui kedua murid kebanggaannya itu.
“Tentu kami tidak menyangka atas prestasi yang telah diraih oleh kedua murid kami ini, yaitu mbak Luluk dan Amirotuzzaidah. Meskipun banyak kekurangan dibanding sekolah lainnya, mereka ini telah membuktikan prestasinya hingga di tingkat internasional. Kami selalu punya niat, dan niat itu selalu kami wujudkan, secara berjenjang kami sudah mengikuti kejuaraan kabupaten, nasional, Asia, dan beberapa waktu lalu mengikuti gelaran dengan level internasional. Kami harus kandas ketika final melawan Singapura, tapi kami tetap bangga,” imbuhnya.
Prestasi keduanya pun langsung direspon oleh Pemerintah Kabupaten Magelang. Bahkan, Rabu (31/7) kemarin, Bupati Magelang, Zaenal Arifin melalui Wakil Bupati Magelang Edi Cahyana, mengundang secara khusus keduanya untuk mendapat penghargaan.
Wakil Bupati Magelang Edi Cahyana mengaku sangat bangga atas prestasi yang telah ditorehkan oleh kedua atlet pencak silat asal Kabupaten Magelang ini. Edi menggaris bawahi bahwa kedua atlet ini berasal dari desa dan bersekolah di sekolah yang tidak favorit. Namun demikan, mereka bisa menunjukan prestasi yang sangat membanggakan.
“Tentu hal ini harus menjadi inspirasi sekolah-sekolah yang lain, apalagi dengan latar belakang fasilitas yang lebih lengkap, harus malu lah dengan sekolah yang seperti ini. Ini harus menjadi suatu motivasi dan mudah-mudahan menjadi inspirasi bagi Kabupaten Magelang dan anak-anak baik di bidang pendidikan dan di bidang yang lainnya, ketika kita mau bekerja keras dengan semangat dan tekad yang kuat, semua akan bisa kita capai,” tandasnya.
Edi juga berkomitmen untuk memantau potensi-potensi di Kabupaten Magelang, serta membantu untuk meraih prestasi pada jenjang yang lebih tinggi. “Sebenarnya kita ini memiliki potensi dan bakat-bakat yang sangat luar biasa. Maka kami berkomitmen akan memantau semua potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Magelang melalui dinas-dinas terkait, dan mendorong supaya lebih maju lagi,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Bupati Magelang juga menyerahkan hadiah kepada kedua atlet berprestasi dan pelatihnya tersebut berupa uang pembinaan total Rp 8,6 juta (mg3/mg5/aro)