RADARSEMARANG.COM, MAGELANG – Penggunaan biosaka untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang ramah lingkungan terus dikenalkan kepada kelompok petani di Kabupaten Magelang.
Biosaka merupakan sebuah bahan dari larutan rerumputan yang diproduksi manual tanpa mesin, dan terbukti mampu melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. Penggunaan biosaka diyakini dapat menekan penggunaan pupuk kimia sebanyak 50-60 persen.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Magelang Romza Ernawan menyebutkan, biosaka merupakan jawaban atas masalah ketidakseimbangan ekosistem di lahan pertanian. Saat ini, kata dia, terjadi pencemaran akibat penggunaan pupuk kimiawi yang berlebihan demi mengejar produksi yang tinggi.
“Efeknya lahan kita tidak semakin produktif, tapi semakin turun. Keseimbangan lingkungan pertanian jadi rusak, maka kita harus memperbaiki ekosistem yang ada dengan penggunaan biosaka,” ungkap Romza, Kamis, (22/6).
Ia menyebut, Kabupaten Magelang telah mengembangkan biosaka secara masif di 17 kecamatan. Hasilnya menggembirakan. Produksi hasil pertanian meningkat signifikan.
Penggagas biosaka Muhamad Ansar menyebutkan, biosaka merupakan solusi bagi Indonesia yang dilanda kelangkaan pupuk. Juga kurangnya minat generasi milenial terjun di bidang pertanian, karena biaya produksi yang mahal dan tenaga SDM yang dibutuhkan cukup besar. Sementara hasil yang didapatkan tidak seimbang.
“Biosaka ini mampu mengurangi biaya produksi, dan tidak mengganggu hasil produksi pertanian itu sendiri,” ujarnya.
Dijelaskan, pembuatan biosaka cukup memanfaatkan tanaman atau rerumputan yang ada di lingkungan sekitar. Kemudian diperas dengan air bersih.
“Biosaka dibuat dari agroekosistem dan tidak bisa dibuat menggunakan teknologi, hanya menggunakan tangan kita karena melibatkan ekspresi genetik dan fibrasi dari manusia yang membuatnya,” jelasnya.
Dengan satu genggam rumput, bisa menghasilkan lima liter biosaka. Dijelaskan, 1,5 liter biosaka bisa digunakan untuk pemupukan lahan satu hektare sampai panen.
“Jadi kalau ada 100 orang dalam satu kecamatan membuat biosaka dalam sehari, sudah cukup dimanfaatkan untuk satu kali musim dalam satu kali kerja,” katanya. (put/aro)