28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Dikenal Dermawan, Begini Sosok Nomo Koeswoyo di Mata Tetangganya di Magelang

Artikel Lain

Selain itu, Nomo Koeswoyo juga bukan orang yang gemar mengistimewakan seseorang. Menurut Sriyanto, Nomo Koeswoyo menerima semua orang dengan sama.

“Walaupun beliau termasuk orang yang terkenal, tapi auranya luar biasa. Seorang legendaris, tapi beliau sama sekali tidak sombong. Tidak melihat status orang. Mau yang datang pejabat, orang kaya, orang miskin, dari kalangan apapun beliau terima,” ujarnya.

Senada dikatakan Ari, orang kepercayaan Nomo Koeswoyo yang kini diamanahi untuk menerima para pelayat yang datang ke kediaman Nomo Koeswoyo, di Kota Magelang. Ari bersaksi, Nomo Koeswoyo dikenal baik. Kadang bisa melucu.

Di mata Ari, Nomo Koeswoyo punya kepedulian yang tinggi terhadap siapapun. Jika Nomo Koeswoyo melihat orang hidup susah, bisa membuatnya menangis. “Kalau ada orang sampai nggak bisa makan, beliau itu menangis. Benar-benar menangis,” kenang Ari.

Ari juga kerap dipanggil malam-malam, jika Nomo Koeswoyo melihat ada orang yang kehabisan angkutan. Kebiasan Nomo Koeswoyo di tengah malam adalah mengamati dan melihat-lihat sekitar terminal dari pagar rumahnya. Jika ada orang yang masih berada di terminal malam-malam selalu dipanggil, dan disapa.

Jenengan sinten, daleme pundi. Ajeng kondor pundi ? (Anda siapa, rumahnya dimana. Mau pulang kemana ?,” ujarnya menirukan kebiasaan Nomo Koeswoyo.

Tidak lama kemudian, Nomo Koeswoyo masuk ke dalam kamar, dan mengambil uang dari dalam dompet. Lalu lari ke arah Ari. Kedermawanan Nomo Koeswoyo, diacungi jempol oleh Ari.

“Pasti seperti itu mbak. Saya dipanggil, diberi uang untuk mencarikan tukang ojek, untuk mengantar pulang orang yang kehabisan angkutan itu. Kejadian seperti ini, sudah berkali-kali,” kenangnya.

Pantauan RADARSEMARANG.COM di rumah duka di Kota Magelang, para pelayat datang silih berganti. Sekalipun nampak lengang. Ari dan Ipunk—orang kepercayaan keluarga Nomo Koeswoyo—menyambut dan menemani para pelayat.

Mereka juga tampak akrab dengan para pelayat. Sambil duduk, mereka saling menceritakan kenangan-kenangan indah bersama Nomo Koeswoyo.

“Yang saya tahu mbak, Pak Nomo itu orangnya baik, dan baik. Nggak ada yang lain. Jiwa nasionalismenya tinggi. Sama kami yang seperti ini (masyarakat biasa, Red), beliau itu menerima. Pokoknya tidak membeda-bedakan orang,” celetuk pelayat berbaju batik biru itu, yang kemudian disambut anggukan dari para pelayat yang lain—seolah menandakan mereka sependapat. (put/bas)

Reporter:
Puput Puspitasari

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya