RADARSEMARANG.COM, Magelang – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang berupaya menghalau bau menyengat sampah di musim penghujan. Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Banyuurip akan disemprot EM4 untuk mempercepat proses pengomposan. Juga menguruk sampah dengan tanah, minimal sekali dalam sepekan.
“Berapa kalinya, akan melihat kondisi,” kata Kabid Pengelolaan dan Penanganan Sampah DLH Kota Magelang Widodo, Senin (10/10).
Widodo menyebut, musim hujan juga menyebabkan kelembaban sampah meningkat. Menghasilkan gas metan lebih banyak. “Ini musim panen gas metan, bisa buat masak. Maka kita kelola dan kita salurkan ke masyarakat sekitar,” imbuhnya.
TPSA Banyuurip juga menjadi ladang mata pencaharian bagi sekitar 80 pemulung. Keberadaan mereka juga dianggap menolong nasib TPSA. Timbunan sampah di TPSA pun menjadi berkurang. “Karena mereka mencari dan mengambil sampah-sampah anorganik yang masih bisa dimanfaatkan, laku jual,” terangnya.
Setiap hari, TPSA Banyuurip menerima 65 ton kiriman sampah. Sampah-sampah itu diangkut dari 15 depo sampah, 6 TPS 3R, dan lainnya. Ia memprediksi, produksi sampah pada bulan-bulan di musim hujan sedikit meningkat. Seiring dengan perubahan perilaku masyarakat. Yang lebih banyak di rumah, namun melakukan transaksi di marketplace. “Saat pandemi dan banyak orang di rumah, sampah kita justru meningkat. Khususnya sampah kardus, styrofoam bekas bungkus makanan, dan lainnya,” jelasnya.
Kepala DLH Kota Magelang M Yunus mengimbau masyarakat dan yang beraktivitas di Kota Magelang untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan. Menurutnya, pengelolaan sampah tidak bisa sendirian dilakukan oleh DLH. Butuh kerja sama banyak pihak.
Ia juga meminta agar masyarakat dapat mengelola dan memilah sampah dari rumah. Kemudian bank sampah ikut turun tangan. Selain itu memerhatikan jadwal pengambilan sampah di depo-depo. Ia berpendapat, jika semua tertib dalam pengelolaan, pemilahan, dan pengangkutan sampah—tidak akan timbul masalah.
Yunus juga menyoroti, masyarakat yang enggan turun dari kendaraan ketika membuang sampah. Sampah hanya dilempar dari kejauhan. Sehingga tidak tepat masuk ke dalam depo. “Jadi masih ada sampah-sampah yang di pinggiran, atau dibuang di luar depo,” sentilnya. (put/lis)