RADARSEMARANG.COM, Magelang – Sebuah candi diperkirakan pernah berdiri di Dusun Samberan, Desa Tempuran, Kabupaten Magelang. Bahkan ukurannya terbesar di jawa Tengah untuk candi dari bahan batu bata.
Koordinator Perlindungan Balai Konservasi Borobudur (BKB) Muhammad Taufik mengatakan, reruntuhan candi ini sudaqh terlaporkan sejak 1979. Pada 2002 dan 2019 dilakukan ekskavasi hingga menemukan sudut-sudut bangunan candi. Dan pada 23 Agustus – 19 September 2022, dilakukan ekskavasi lanjutan.
Taufik menjelaskan di hari terakhir, tim ekskavasi berhasil menemukan sebuah potongan arca. Dengan ukuran panjang sekitar 16,5 sentimeter dan tingginya sembilan sentimeter. Sebelumnya pihaknya juga menemukan satu umpak (batu penyangga tiang) lagi. “Sekarang total ada enam umpak yang kita temukan. Ini menambah keyakinan kalau reruntuhan ini ada atapnya berupa kayu,” jelasnya.
Taufik mengaku masih belum berhasil mengidentifikasi arca perunggu tersebut, karena ada bagian penting yang hilang. Bisa jadi arca kuwera, atau arca awalokiteswara, bahkan bisa saja arca siwa. “Namun yang jelas arca ini merupakan arca dewa, dengan dilihat dari hiasan kepalanya ada jatamakuta yang merupakan mustika untuk dewa,” ungkapnya.
Hingga saat ini BKB juga belum bisa memastikan secara tepat reruntuhan candi ini merupakan peninggalan umat Hindu atau umat Buddha. Namun, Taufik menjelaskan kalau berdasarkan laporan dan berkas penelitian dari Belanda, ini merupakan peninggalan umat Hindu.
Dari sejumlah ekskavasi ini, diketahui candi tersebut berukuran 16 x 14 meter. Ini merupakan ukuran terbesar dari candi-candi berbahan batu bata di Jateng. Bagian tengahnya diduga tidak memiliki ruangan. “Kita kupas tengahnya, ternyata ada temuan baru, batu bata yang di tengah-tengah. Jadi kemungkinan reruntuhan candi ini tidak punya bilik (ruangan di dalam candi) ya,” tuturnya. (rfk/ton)
