RADARSEMARANG.COM, Magelang – Peninjauan Kampung Pancasila oleh Forkopimda Kabupaten Magelang di Dusun Surodadi, Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, begitu meriah, bak pesta rakyat. Warga sekitar berduyun-duyun menonton pentas kesenian tradisional yang dipersembahkan oleh warga.
Seperti tarian kolosal Soreng, Dayakan. Kemudian atraksi drum band anak-anak SD Negeri 1 Wonolelo. Penampilan yang tak kalah memukau adalah dari TK RA Wonolelo. Bocah-bocah lucu itu didandani seperti pemaian topeng ireng. Lengkap dengan kuluk. Kemudian dipakaikan umbai-rumbai yang terbuat dari tali rafia warna-warni.
Penampilan anak-anak balita itu pun mengundang tawa penonton. Saking asyiknya berjoget, mereka lupa harus ganti formasi dan terkadang malah bertabrakan dengan teman sendiri. Para guru sigap membetulkan dan mengarahkan kembali para penari cilik itu ke formasi yang benar. Meski sedang dibetulkan, mereka tetep asyik bergoyang mengikuti irama musik. Penampilan mereka ditutup dengan tepuk tangan yang meriah dari para penonton.
Kepala Desa Wonolelo Marpomo memuji Dusun Surodadi layak dipilih sebagai Kampung Pancasila. Karena warganya menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Contoh yang menyolok, penduduk di dusun ini terdiri dari dua agama, Islam dan Kristen. Namun selalu rukun. Bersama dalam setiap kegiatan.
Kepala Dusun Surodadi Supri optimistis, setelah dusunnya dicanangkan menjadi Kampung Pancasila, hubungan antarwarga akan lebih harmonis. Semakin kompak dalam memajukan tempat wisata Negeri Kahyangan agar menjadi destinasi yang potensial.
Supri juga menambahkan, Negeri Kahayangan saat ini dikelola oleh BUMDES Wonolelo. Melibatkan penduduk setempat. “Tiap keluarga, ada perwakilan yang mengelola wisata,” ujarnya.
Sinergi warga juga tercermin dalam menjaga kerukunan beragama. Tempat ibadah, masjid dan gereja hanya berjarak 15 meter. Dipisahkan oleh jalan kampung. Tapi tak pernah timbul masalah. Ia mengaku, dusunnya selalu aman dan tenteram. (put/lis)