RADARSEMARANG.COM, Magelang – Antusiasme pembelian hewan kurban tahun ini tak sesuai ekspektasi penjual. Hal itu dipengaruhi mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK). Omzet penjualan pun terimbas. Turun sampai 70 persen.
Faizun, penjual hewan kurban di wilayah Karet, Magelang Selatan, mengaku terpuruk sejak PMK menyebar. “Kadang seminggu hanya laku 1-2 ekor kambing saja,” ujarnya, Selasa (5/7).
Penjualan baru pecah rekor pada Minggu (3/7). Dalam sehari laku 10 ekor. Harga kambing bervariasi. Mulai Rp 3-10 juta, tergantung besar dan kecilnya kambing. Harga yang ditawarkan itu sudah termasuk biaya perawatan, bila dititipkan sampai H-1 hari raya. “Ada juga yang dibeli langsung dibawa pulang,” akunya.
Ia masih berharap, penjualan akan membaik ketika mendekati Lebaran. Apalagi, kambing-kambing yang dijualnya sudah mengantongi Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).
Keresahan juga dirasakan oleh penjual hewan kurban di Jalan Payaman-Windusari, Kabupaten Magelang. Salah satunya Syariffudin. Ia bercerita, sebelum ada PMK dan pandemi Covid-19 mampu menjual 60 ekor domba. “Kalau sekarang, belum tahu berapa,” ungkap Udin—sapaannya.
Menurutnya, banyak orang yang beralih membeli domba daripada kambing atau sapi. Harga domba pun naik drastis. Biasanya hanya naik Rp 100-300 ribu, sekarang sampai Rp 500 ribu. Kenaikan harga ini sempat dikeluhkan warga. “Meski harganya naik, tetap tidak sebanding dengan jumlah hewan yang terjual di pasaran,” pungkasnya. (mg4/mg3/put/lis)