33 C
Semarang
Friday, 20 December 2024

Jatuh Bangun Sugijono Kelola Toko Oleh-Oleh, Pernah Jadi Karyawan Toko dan Kernet Bus

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Genap 21 tahun Sugijono menjalankan usaha toko oleh-oleh. Selama itu pula perjuangan keras dilalui. Kini, ia memiliki sejumlah toko dan kafe dengan nama Massugi.

Dua puluh tahun lalu Sugijono atau biasa disapa Mas Sugi hanyalah karyawan toko biasa. Di usia 20 tahun pria kelahiran 14 April 1962 ini bekerja sebagai karyawan toko elektronik dan buku. Sebelum menjadi karyawan juga pernah menjadi kernet bus Semarang – Magelang.

Setelah dua tahun, ia memutuskan keluar dari tempat kerjanya. Karena, menurutnya gaji yang diterima kurang mencukupi. Ia berpikir orang bekerja itu selain mencari pengalaman dan koneksi, juga harus menghasilkan uang atau keuntungan.

Setelah keluar dari toko elektronik, pada 1984 ia mengembangkan koneksinya dengan menjadi freelance hampir empat tahun. Saat muda itu lah ia selalu bepergian berkeliling wilayah Kedu untuk mencari barang yang tidak ada di daerah lain. Barang yang harganya lebih murah. Dan menjualnya kembali dengan harga pasaran di daerah tersebut.

“Ternyata dengan jual beli ini ada pemasukan atau keuntungan yang didapat, meskipun dulu sedikit. Namun dengan hal ini, saya mencoba mengenalkan brand image melalui nama Sugi,” ceritanya sambil menyeruput segelas air putih di kafe Massugi miliknya di Payaman.

Berawal dari jual beli barang atau produk milik orang maupun toko lain, ia mencoba mengembangkan usaha. Kemudian pada awal 2000, ayah tiga anak ini mendirikan toko oleh-oleh yang diberi nama Massugi. Dengan brand nama ini, orang-orang sudah mengenal.

Pria berkacamata ini menegaskan bahwa untuk mencapai sukses perlu usaha keras.  Salah satunya dengan membesarkan nama atau brand image. Selama enam tahun ia selalu mengontrak dan berpindah tempat.

Alhamdulillah pada tahun 2006 saya bisa membeli tempat pertama,” ujar suami dari Kusumowati ini.

Pria yang hobi bermain musik itu mengaku dulu pertama kali membeli tempat untuk jualan harganya Rp 1 miliar. Belum sempat dipakai, sudah ada yang menawar dengan harga lebih tinggi, di atas Rp 1 miliar. Akhirnya ia berpikir usaha properti itu menguntungkan. Maka, ia tidak hanya membuka toko oleh-oleh, tetapi juga menjajaki usaha lain. Seperti house ware atau toko alat rumah tangga, toko running text serta rumah makan atau kafe.

Menurutnya, pengusaha yang sukses yang dapat memberikan manfaat dan jalan bagi keluarganya. Ia ingin usahanya ini bisa diteruskan ketiga anaknya. “Dan alhamdulillah semuanya ikut menjalankan usaha ini,” ucapnya. (rfk/lis) 

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya