29.1 C
Semarang
Saturday, 23 August 2025

Orang Tua Butuh Jurus Jitu saat Dampingi Pembelajaran Jarak Jauh

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Magelang –  Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Magelang Niken Ichtiaty Nur Aziz meminta orang tua tidak kendor mendampingi anak selama pembelajaran jarak jauh (PJJ). Tidak kalah penting menjaga suasana rumah menjadi tempat nyaman untuk bermain, belajar, sekaligus tempat singgah bagi anak.

“Orang tua bekerja sama menciptakan suasana keluarga kondusif. Agar kualitas mental anak terjaga,” kata dia saat di temui di rumah dinas Wali Kota Magelang, Jumat (20/8/2021).

Banyak kegiatan mengasyikkan bisa dilakukan di rumah. Memasak bersama keluarga, bermain, atau melakukan hobi. Tapi beda dalam hal belajar daring.  Ia minta orang tua tidak terlalu menekan anak, segera menyelesaikan tugas. Menurut dia, orang tua perlu memaklumi anak sedang dalam masa kebosanan. Ketika suasana hati anak mencair, orang tua kembali mengingatkan kewajiban anak sebagai pelajar. Itu pun dilakukan tanpa memaksa.  Bahkan tanpa aksi kekerasan.

“Mereka ini sebenarnya sedang dalam masa tumbuh kembang, berinteraksi dengan orang lain dan bermain. Tapi mereka dipaksa untuk di rumah, karena kondisi (pandemi, Red). Itu nggak mudah,” ujarnya.

Situasi itu, bisa membuat anak stres. Orang tua pun, bisa ikut stres. Karena itu, PKK Kota Magelang Pokja 2 membuat program Sekolah Ibu. Dikhususkan bagi para ibu untuk mendapatkan tips dan trik mengasuh anak dengan seru. Juga sebagai sarana belajar penguatan peran seorang ibu, sekaligus istri. Kuncinya adalah membangun komunikasi. “Ibu-ibu butuh jurus jitu,” tandasnya.

Istri Wali Kota Muchamad Nur Aziz ini berharap, orang tua bisa memanfaatkan waktu dengan baik bersama anak-anak. Bukan sebaliknya, menyiakan waktu kebersamaan. Salah satunya melonggarkan anak bermain gawai tanpa batas waktu. Hal ini diharapkan tidak hanya selama pandemi, tapi dalam kondisi normal.

Pokja 4 pernah membuat program skrining mata bagi anak Sekolah Dasar (SD). Dari 2.400 yang mendaftar skrining, 36 persennya mengalamai kelainan mata sejak dini. “Itu karena gadget,” tandasnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan orang tua, adalah pengawasan penggunaan HP dan pergaulan anak. Di masa pandemi ini, ia mengakui pernikahan dini masih terjadi. Ia akan terus menggaungkan program Jo Kawin Bocah. Yang berarti larangan pernikahan dini. (put/lis)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya