RADARSEMARANG.COM, Magelang – I Made Arya Dwita Dedok, seniman kelahiran Bali yang menetap di Kota Magelang muncul di tengah keramaian kota. Ia menggelar pertunjukan seni kejadian atau happening art, mengusung tema Kampung Pancasila.
Made Dedok melukis di atas kanvas. Tepat di samping Tugu Aniem (Titik Nol Kilometer). Berlatar TITD Liong Hok Bio (kelenteng), dan Gapura Bhineka Tunggal Ika, di Pecinan.
Karya ini kata I Made Dedok merupakan respons atas kondisi lingkungan di Kota Magelang. Juga suasana kehidupan sosial di era serba modern, serba cepat, dan serba tidak terduga. Lalu informasi mulai membanjiri media sosial. Membawa konsekuensi, serta tanggung jawab bagi semua orang.
“Ada sisi negatif yang bisa merusak kehidupan kebersamaan kita sebagai bangsa, tetapi kemajuan teknologi juga banyak membawa kita ke kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya,” kata dia usai melukis di sekitar kawasan Alun-Alun Kota Magelang, Kamis, (10/6/2021).
Berbekal pemahaman akan dunia, dan lingkungan era sekarang tersebut, seniman berusia 50 tahun ini melukis on the spot tentang cinta. Tentang lingkungan, kebhinekaan, keberagaman, dan tentang semua insan yang ada di Kota Magelang. Khususnya di kawasan Alun-Alun, ia mengibaratkan sebagai Kampung Pancasila. Sebagaimana keberadaan Alun-Alun yang dikelilingi beragam rumah ibadah. Ada kelenteng, masjid, dan gereja.“Karya ini persembahan saya, tepat di usia saya 50 tahun,” ungkapnya.
Mengetahui ada aksi melukis tunggal ini, Wali Kota Magelang dr Muchamad Nur Aziz langsung meninjau. Dia mengapresiasi Made Dedok dalam memasyarakatkan kesenian. Membuat kreativitas di tepi jalan seperti ini, membuat Kota Magelang lebih “hidup”.
“Ini harus didukung. Jangan malah dicegah. (Melukis) di tempat lain silakan. Kota Magelang harus jadi tempat seni budaya. Tidak hanya bangunan-bangunan mati, tapi seni-seni juga harus hidup,” tambahnya. (put/bas)