31 C
Semarang
Saturday, 19 April 2025

Kuda Lumping Gebrak Panggung Kahanan Magelang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Magelang – Aksi kesenian kuda lumping Sanggar Wahyu Eko Budoyo, Temanggung menggebrak Panggung Kahanan roadshow di Magelang. Riuh musik gamelan nyaring terdengar. Begitu sang penabuh memukul gong berukuran besar, para penari langsung memasuki arena pentas.

Iringan bunyi krincing yang dipasang di dua kaki sepuluh penari itu juga menggambarkan, betapa semangatnya mereka menari. Badannya tetap luwes bergerak. Lincah, dan atraktif. Meski lama tak tampil, karena pandemi Covid-19 sempat menghentikan aktivitas berkesenian mereka. Saat itu, mereka seperti tak ingin melewati kesempatan emas. Tetap totalitas. Apalagi Gubernur Ganjar Pranowo nonton  secara virtual. Satu set gamelan yang dimainkan para penabuh sanggar Wahyu Eko Budoyo itu juga merupakan bantuan dari sang gubernur.

Pegiat Sanggar Wahyu Eko Budoyo Rofik Ersofa berkesempatan berbincang langsung dengan Ganjar. Ia katakan, bantuan gemelan yang diterima tahun 2020 itu memberi aura positif. Gamelan sebelumnya sudah lawas, dan rusak. Sanggar tidak mampu membeli yang baru, karena undangan manggung blong saat pandemi Covid-19.

“Karena bantuan ini, kami bisa berkreasi lagi. Berkesenian Jawa yang akan terus kami junjung tinggi,” ucapnya di Pendopo Pengabdian Wali Kota Magelang, Rabu, (29/4/2021) sore.

Sejak kesulitan manggung di lapangan, pihaknya membuat kanal Youtube, dan menyiarkan penampilan di media sosial. Upaya ini demi menjaga eksistensi berkesenian. Selain kuda lumping, Panggung Kahanan menampilkan banyak seniman dari eks Karesidenan Kedu. Dari Kota Magelang, ada penyanyi Woro Widowati, juga Sanggar Estri Dans yang menampilkan tari Kuntulan. Syifa Salsabila Salma, salah satu penari Kuntulan bangga bisa ikut memeriahkan acara.

Gubernur Ganjar Pranowo berharap, Panggung Kahanan ini menjadi wadah bagi seniman berkreasi. Menjadi ajang promosi UMKM. Juga memantik partisipasi masyarakat. Ia juga punya pesan khusus bagi pelaku seni. Supaya tidak fokus hanya pada melestarikan budaya, tapi juga mengembangkannya dengan berbagai inovasi.

“Lagunya dibuat lebih variatif, gamelan bisa dikolaborasikan dengan musik modern. Buat video yang beruntun untuk diunggah di Youtube, atau akun medsos. Eh siapa tahu itu jadi promo, bahwa ternyata senimannya bisa menghibur,” ungkapnya.

Ganjar memang memberi alat gamelan kepada sanggar Wahyu Eko Budoyo. Tapi perhatian seperti ini bukan untuk mereka saja. Dia mencatat sekitar 80 desa di Kabupaten Temanggung menerima bantuan serupa. “Tapi nilainya macam-macam, mulai dari Rp 75 juta sampai Rp 200 juta. Disesuaikan kebutuhan,” bebernya.

Dari roadshow ini, ia menangkap harapan besar dari para seniman. Yang menginginkan ruang ekspresi. “Harapannya, (acara ini) dapat diselenggarakan di tiap daerah. (put/lis)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya