26 C
Semarang
Saturday, 14 June 2025

Guru BK Dilatih Pahami SSC

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, MAGELANG– Selama ini guru Bimbingan Konseling (BK) atau konselor sekolah banyak mempelajari teori dan pendekatan konseling yang berorientasi jangka panjang. Pendekatan yang dilakukan berfokus pada eksplorasi masalah lebih mendalam dan konselor memiliki banyak waktu untuk proses konseling. Sementara itu, di era digital 4.0, guru BK dituntut untuk bisa profesional dalam menghadapi tantangan zaman berkaitan dengan kualitas layanan yang tinggi dengan efektivitas waktu dan biaya yang juga efisein.

Hal tersebut yang mendasari diadakannya Seminar Single Session Counseling (SSC) oleh Biro Marketing dan Kerjasama (BMKs) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) di Aula Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Kampus 2 UMMagelang, Selasa (25/2). Acara yang dihadiri oleh 200 guru BK SMA/SMK/MA se-Kedu dan bekerjasama dengan program studi BK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMMagelang ini menghadirkan dua pemateri, yaitu Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang (Unnes) Mulawarman, S.Pd., M.Pd., Ph.D dan Dosen FKIP UMMagelang Prof. Dr. Muhammad Japar, M.Si., Kons. Dalam seminar tersebut juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UMMagelang dengan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) di masing-masing kabupaten dan kota Eks-Karesidenan Kedu.

Wakil Rektor I Prof. Dr. Purwati, M.Kons dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi atas antusias guru BK yang hadir dalam seminar tersebut. “Dilihat sesuai zamannya, konseling itu selalu berubah dan dinamis. Konseling yang dilakukan sekarang pastinya akan jauh berbeda dengan zaman dulu. Guru BK di era digitalisasi seperti ini harus bisa berimprovisasi, dinamis, mengubah diri, dan mau belajar untuk bisa menghadapi siswa-siswa yang selalu berubah tiap tahunnya,” ujarnya.

Sementara itu, Mulawarman memaparkan, untuk melakukan SSC, memerlukan ketrampilan konseling yang terlatih agar dapat menggiring ke tujuan yang spesifik namun bermakna. “Meski terlihat simpel, SSC ini juga memiliki kekurangan. Metode ini tidak cocok untuk semua masalah, misalnya pada kasus pelecehan anak, kasus potensi bunuh diri. Konselor harus peka terkait kapan sesuai atau tidaknya pemakaian SSC tersebut,” jelasnya. (ima/ton)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya