Pihak kelurahan sudah melaporkan kondisi tersebut kepada Dinas Pusdataru Provinsi Jateng. Bahkan sudah dilakukan survei.
“Tapi sampai sekarang belum ada perbaikan maupun normalisasi sungai Blorong di Kelurahan Candiroto,” tegasnya.
Warga setempat, Lukman Hakim, mengaku 2018 silam sudah pernah ditinjau langsung oleh Gubernur Ganjar Pranowo.
“Tapi penangannya hanya berupa bronjong yang sekarang sudah ambles,” ujarnya.
Awal Januari, lalu kondisi bronjong ambles setingggi satu meter. Talut bronjong yang awalnya 2,5 meter, sekarang tinggal 1,5 meter.
Kondisi tersebut diperparah dengan talut yang juga tergerus. Awalnya talut berjarak tiga meter dari sungai. Sekarang ini tinggal 30 sentimeter.
“Jika dibiarkan maka jalan desa penghubung dusun akan putus,” katanya.
Terlebih kondisinya dengan pondok pesantren. Jika tidak segera ditangani, akan membanjiri ponpes dan permukiman warga.
“Sudah dua-tiga kali di survei ditinjau, Pusdatatu Provinsi dan maupun PSDA Kendal. Tapi belum ada tindakan,” tegasnya. (bud/zal)
Tanggul Kritis di Candiroto:
Ada lima titik talut Sungai Blorong yang kritis. Rata-rata longsor dan tergerus arus sungai.
- Talut kritis berada di RT 01, RW 01, berbatasan dengan ponpes.
- Talut ambles 15 meter. Tanah warga sudah terkikis tiga meter.
- Talut kritis di RT 18, RW 01. Amblas sekitar dua meter. Kondisi tersebut merusak pipa irigasi.
- 2018, ditinjau Gubernur Ganjar Pranowo. Dilakukan penanganan darurat dengan bronjong.
- Pusdataru Jateng telah melakukan survei dua-tiga kali, namun hingga kini belum ada tindakan.