RADARSEMARANG.COM, Kendal – Kerupuk rambak menjadi produk andalan Desa Penanggulan, Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal. Produk ini sudah dikenal hingga kancah mancanegara. Bahkan, untuk produksi selama Ramadan saja bisa mencapai 2 ton untuk memenuhi permintaan.
Adalah Saeful Amar, salah satu pengrajin kerupuk rambak khas Kendal. Dia menjelaskan, kerupuk rambak berbeda dengan jenis kerupuk lainnya. Lantaran menggunakan kulit sapi dan kerbau sebagai bahan utama.
Selain itu, proses pengolahan juga dilakukan secara cepat. Yakni mulai pengeringan kulit, penggorengan, hingga pengemasan. Jika cuaca cerah, produksi kerupuk rambak hingga siap jual hanya seminggu saja. Namun, jika mendung atau musim hujan bisa membutuhkan waktu yang lebih lama.
“Proses pengeringan itu yang lama. Karena memang harus benar-benar kering di bawah sinar matahari. Setelah itu lanjut ke proses penggorengan,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM Sabtu (15/4).
Lebih lanjut pria 40 tahun ini menjelaskan, usai proses pengeringan kemudian proses penggorengan. Dalam penggorengan juga ada tiga tahap yang harus dilakukan. Tahap pertama menggoreng untuk melembekkan kulit, kedua untuk memekarkan kulit, dan terakhir agar kerupuk rambak bisa mengembang sempurna.
Itu supaya, cita rasa khas kerupuk rambak tetap terjaga. Dan rasa renyah hingga waktu yang cukup lama. “Biasanya bertahan hingga dua bulan. Karena pengemasannya kita lakukan tiga lapis. Yaitu plastik kemasan, lalu karton, lalu dlapisi plastik lagi,” terangnya.
Selama Ramadan ini, Saeful Amar menyiapkan 2 ton kulit sapi dan kerbau kering yang siap goreng. Itu untuk memenuhi permintaan pelanggan. Dia biasa mendapat suplai kulit dari wilayah Kudus, Bojonegoro, hingga Jogja.
Adapun rata-rata dalam sekali menggoreng, membutuhkan 25 kilogram kulit sapi dan kerbau kering. Selain itu, produksi selama ramadan ini juga meningkat hingga 200 persen. Hal itu membuatnya harus menambah karyawan.
“Karyawannya sekarang ada enam. Penjualannya juga meningkat dibanding tahun lalu. Kalau sekarang pelanggan bisa datang langsung ke sini,” ujar generasi ketiga pengrajin kerupuk rambak di Pegandon ini.