RADARSEMARANG.COM – Menyambut datangnya bulan suci Ramadan, ada tradisi unik yang selalu digelar masyarakat Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kendal. Yakni, gerebek sumpil. Itu merupakan tradisi tahunan untuk ngalap berkah Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwaja.
Deretan gunungan sumpil, hasil bumi, dan jajanan, memenuhi maqbaroh Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwaja. Di sana, ribuan orang berduyun-duyun siap mengarak gunungan itu.
Sebelum upacara gerebek, sumpil atau makanan khas Kaliwungu itu ditata rapi menjadi sebuah gunungan. Kemudian didoakan dan diarak keliling desa. Biasanya, dalam satu gunungan ada 1.000 sumpil. Makanan khas ini terbuat dari beras yang dibungkus daun bambu dan berbentuk bangun segitiga. Sumpil merupakan singkatan dari Sumelehno Uripmu Marang Pangeran Ingkang Langgeng.
“Upacara gerebek sumpil ini sudah memasuki tahun ke sebelas. Makanan ini sangat disukai leluhur Kaliwungu, termasuk Eyang Pakuwaja,” ujar Sobirin, juru kunci makam Wali Hasan Abdullah kepada RADARSEMARANG.COM.
Tak hanya itu, lanjut Sobirin, sumpil juga menjadi makanan khas Kaliwungu. Lantaran hanya dibuat saat hari raya Maulid Nabi dan menjelang Ramadan ini. Sebab itu, warga Kutoharjo berusaha mempertahankan makanan khas itu dengan nguri-uri tradisi dan budaya.
“Setelah gunungan itu diarak, kemudian diperebutkan oleh warga. Itu untuk keberkahan warga sini,” katanya.
Saat prosesi gerebek, ribuan warga sudah bersiap berebut gunungan. Tak jarang, ada yang saling dorong dan sikut. Namun itu semua menjadi keguyuban antarwarga. Selain gunungan sumpil, ada juga gunungan hasil bumi dan sayur-sayuran. Termasuk gunungan yang berisi snack atau makanan anak-anak.
Usai prosesi gerebek, dilanjutkan dengan pentas kesenian. Seperti seni bela diri hingga kesenian barongan. Prosesi gerebek sumpil ini diyakini warga Kutoharjo bisa mendatangkan manfaat dan keberkahan hidup. Selain itu, menjadi daya tarik bagi peziarah untuk berkunjung ke makam Eyang Pakuwaja.
“Insya’ Allah, ini menjadi langkah selanjutnya untuk bisa lebih maju dan berkembang. Ini juga untuk syiar makam Eyang Pakuwaja, yang dulu dianggap sebagai otak politik adu domba dengan Belanda,” jelasnya.
Upacara gerebek sumpil ini tak luput dari perhatian warga. Ribuan warga pun memadati jalanan dan area makam Eyang Pakuwaja.
Kepala Desa Kutoharjo Ivan Setiawan mendukung tradisi unik gerebek sumpil ini. Ia berharap, tradisi ini bisa dikenal luas oleh masyarakat luar daerah. Sehingga bisa meningkatkan kunjungan wisatawan dan peziarah ke Desa Kutoharjo.
“Agenda ini juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Karena melibatkan pelaku UMKM,” tuturnya.
Ivan menambahkan, melalui tradisi ini, seluruh warga Kaliwungu bisa mangayubagya dan nguri-uri tradisi ini. Karena gerebek sumpil ini bisa mengingatkan sejarah tentang leluhur yang harus dilestarikan.
“Semoga warganya semakin guyub. Dan ramai peziarah di makam Eyang Pakuwaja ini,” harapnya. (dev/aro)