RADARSEMARANG.COM, Kendal – Berawal dari keresahan terhadap sistem pendidikan yang monoton, Andrean Eka Setiawan menginisiasi Sanggar Rejo. Itu sebagai wadah kebebasan bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri.
Melalui sanggar itu, Andrean berhasil meraih berbagai penghargaan dan program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Kala itu, keresahan yang dimaksud adalah minimnya kegiatan di sekolah. Sehingga, membuat anak-anak di desanya kerap merasa bosan.
Karena itu, Sanggar Rejo menjadi wadah bagi anak-anak untuk melakukan kegiatan yang disukai. Seperti kesenian, teater, berkarya, pantomim, hingga bermain permainan tradisional.
“Masa itu di sekitar kami, anak-anak lebih senang ketika mereka libur sekolah atau jam kosong di sekolah. Jadi, dapat disimpulkan kalau sekolah saat itu membosankan,” ungkap Andrean Eka Setiawan, inisiator Sanggar Rejo kepada RADARSEMARANG.COM, Minggu (12/2).
Terletak di Desa Pageruyung, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal, sanggar ini berdiri sejak tahun. Awalnya, menjadi wadah ekspresi diri bagi anak-anak di bidang pendidikan.
Lambat laun, wadah ini menjadi media kebebasan anak-anak dalam melakukan hal apapun. Bahkan, orang dewasa tidak sungkan untuk andil dan berkecimpung bersama.
“Inisiatornya ada dua. Saya dan Mas Dwi Prayitno,” ujar pemuda Dusun Ngasem, Desa Pageruyung ini.
Selama ini, antusias warga Pageruyung sangat tinggi dalam men-support kegiatan Sanggar Rejo. Itu membuat anggota sanggar ini terus bertambah. Saat ini, ada 70-an anggota yang terdiri atas anak sekolah, pemuda, dan warga dusun.
Andrean menceritakan, tentunya ada banyak lika-liku yang dihadapi dalam menjaga Sanggar Rejo ini supaya terus bertahan. Kendati begitu, pihaknya selalu menikmati proses.
“Kami hanya mengalir dan melakukan apa yang harus kami lakukan. Susahnya tidak ada. Senangnya selalu ada,” kata guru SD Negeri 1 Pageruyung ini.