RADARSEMARANG.COM, KENDAL – Pemkab Kendal terus memfokuskan pembangunan dalam sektor industri. Salah satunya dengan mendukung pembangunan dan perluasan Kawasan Industri Kendal (KIK).
Bupati Kendal, Dico M Ganinduto mengatakan KIK yang terus berkembang menjadi acuan bagi Pemkab untuk mengembangkan sektor lainnya yang saling berhubungan.
“Pembangunan KIK bagi kami tidak berdampak pada pendapatan asli daerah karena masuk ke pemerintah pusat,” katanya saat kunjungan senat akademik Universitas Indonesia di Pendopo Bahurekso.
Pemkab hanya mendapatkan pemasukan dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) saja. Makanya Pemkab Kendal mengembangkan pariwisata sebagai pendukung pembangunan Industri.
Menurutnya pertumbuhan investasi di KIK luar biasa. Bahkan saat pandemi investasinya terus meningkat.
“Makanya kami memastikan kepada pelaku usaha bahwa investasi tetap berjalan,” ujarnya.
Pemkab memiliki aplikasi Kendal Karir dan memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan industri. Dico mengatakan, pariwisata yang berkembang akan berdampak pada pelaku UMKM.
Dan kini sudah ada 9.000 UMKM yang terdata di pemerintah Kendal, bahkan 20 UMKM Kendal akan mulai ekspor produknya di tahun 2023.
“Ini menjadi bukti dan harapan saya bahwa kita tidak menjadi penonton di daerahnya sendiri tetapi menjadi pelaku juga,” terangnya.
Wakil Rektor bidang SDM dan Aset Universitas Indonesia, Dedi Priadi menuturkan Universitas Indonesia sudah berubah.
Jika dulu UI hanya memproduksi lulusan namun kini melaksanakan kolaborasi dengan pemerintah untuk ikut berkontribusi membangun wilayah melalui kegiatan yang masuk dalam tri dharma perguruan tinggi.
“Dengan melihat 4 pilar kabupaten Kendal ini UI siap bekerjasama untuk mendorong kemajuan di Kendal melalui pelaksanaan tri dharma demi mewujudkan Kendal menjadi pusat industri pariwisata yang unggul dan memiliki SDM yang baik,” akunya.
Direktur KIK, Didik Purbadi menjelaskan sejak diresmikan 2016 mampu menjawab tantangan dalam negeri dan global.
“Dalam 5 tahun terakhir sudah ada 84 perusahaan dari 9 negara dengan nilai investasi Rp 3.6 triliun. Dan ini menjadi kawasan ekonomi khusus pertama di pulau Jawa,” ujar Didik. (bud/fth)