26 C
Semarang
Saturday, 14 June 2025

Warga Lima Desa Keluhkan Polusi TPA Darupono Baru

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Kendal – Sejumlah warga mulai mengeluhkan polusi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Darupono Baru. TPA berbasis Sanitary Landfill itu dinilai menyebabkan polusi udara dan limbah air.

Ada lima desa yang mulai terdampak. Yakni Desa Kertosari Kecamatan Singorojo, Desa Darupono, Jerukgiling, Sidomakmur dan Kedungsuren Kecamatan Kaliwungu Selatan. Rata-rata warga merasakan dampak polusi udara berupa bau busuk sampah. Limbah sampah berupa lindi atau cairan beracun dari timbunan sampah.

Paling parah terdampak adalah Desa Kertosari. Sebab, lokasinya berbatasan langsung dengan TPA Darupono Baru. “Banyak warga mengeluhkan bau busuk setiap saat yang ditimbulkan dari gunungan sampah karena tertiup angin,” kata Aktivis Lingkungan LSM Biota Foundation, Abdul Azis.

Menurutnya pengelolaan sampah berbasis sanitary Landfill di TPA Darupono Baru belum sepenuhnya diterapkan. Alhasil tak jauh beda dengan TPA konvensional.  Hanya sebatas menumpuk sampah saja. “Padahal jika sistem sanitary landfill betul-betul diterapkan sesuai standar operasional prosedur (SOP), bau busuk dan lindi itu tidak akan berdampak ke warga,” ujarnya.

Surono, warga Sidomakmur mengatakan jika air di desanya mulai tercemar. Airnya menjadi bau dan agak keruh. “Airnya menyebabkan kulit-kulit gatal. Jadi warga yang memanfaatkan air sungai kulitnya pada gatal,” akunya.

Ia minta Pemkab segera memperbaiki sistem Sanitary Landfill di TPA Darupono. Sebab warga sudah banyak yang mengeluh dan terdampak. “Kalau bau busuk sampah tidak terlalu di desa kami. Bau busuk lebih di rasakan warga di Desa Kertosari,” akunya.

Kepala DLH Kendal Aris Irwanto mengaku permasalahan polusi lindi atau limbah cair akibat talud berupa bronjong kawat batu jebol. Sehingga Lindi yang sedianya masuk ke bak penampungan mengalami kebocoran.

“Sudah kami lakukan upaya perbaikan, tapi jebol lagi karena tanah Darupono relatif gerak. Terlebih adanya musim penghujan ini, menyebabkan longsor. Sehingga bronjong yang sudah kami perbaiki akhirnya rusak kembali,” katanya.  (bud/fth)

Reporter:
Budi Setyawan

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya