RADARSEMARANG.COM, Kendal – DPRD Kendal mendesak pemkab untuk segera memberikan nilai anggaran pembangunan Pasar Weleri. Itu ditarget hingga akhir November ini. Sehingga Pasar Weleri menjadi prioritas pembangunan pada 2023. Dewan akan menggunakan hak budget jika pihak eksekutif tidak segera menentukan besaran anggaran pembangunan.
Ketua DPRD Kendal Muhammad Makmun menjelaskan, pihaknya membandingkan proses penanganan pembangunan Pasar Weleri dengan Pasar Pagi Kaliwungu yang juga terbakar pada 2017 silam. Menurutnya, pembangunan Pasar Pagi Kaliwungu lebih cepat lantaran menggunakan dana APBN. Namun hingga Kamis (17/11) nilai anggaran pembangunan Pasar Weleri dari Pemkab Kendal masih nol.
“Jika sampai akhir November ini belum ada kepastian, maka saya atas nama DPRD Kendal bakal menggunakan Hak Budget untuk ngisi angka itu,” ungkapnya dalam audiensi dengan Forum Anak Pedagang Pasar Weleri (FAPPW) Kamis (17/11).
Menurut Makmun, pembangunan Pasar Weleri membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Berkisar Rp 90 miliar sampai Rp 100 miliar. Sementara nilai anggaran melalui Hak Budget untuk pembangunan Pasar Weleri dari DPRD Kendal yakni Rp 40 miliar sampai 50 miliar.
Selain itu, pihaknya juga telah menawarkan tiga skema untuk pembangunan Pasar Weleri. Seperti pendanaan dari APBN, melakukan kerja sama dengan pihak ketiga, dan akan diadakan pinjaman daerah.
“Kalau pun Pasar Weleri dibangun, itu belum bisa selesai dalam satu tahun. Namun, kita minta kepada perencana dalam separo pembangunan itu nantinya bisa difungsikan dulu,” jelasnya.
Pihaknya berkomitmen menindaklanjuti keluhan FAPPW. Selain itu, juga mendorong pihak eksekutif untuk mengajukan angka pembangunan Pasar Weleri.
Sementara itu dalam audiensi FAPPW, terdapat empat tuntutan yang disampaikan kepada DPRD Kendal. Yakni menuntut segera dibangun kembali Pasar Weleri, menolak pembangunan sport centre, menuntut Pemkab Kendal untuk benar-benar memperjuangkan nasib rakyat, dan menetapkan APBD Kendal 2023 untuk membangun kembali Pasar Weleri.
“Kami menolak pembangunan sport centre di kawasan Pasar Weleri, karena itu tidak mendukung perekonomian pedagang Pasar Weleri dan tidak menarik pembeli,” ujar Fungky Bekti Ariwibowo, ketua FAPPW.
Tak hanya itu, Indra Hermawan, salah satu anggota FAPPW meminta supaya pembangunan Pasar Weleri tidak ada konsep modern. Lantaran masih ingin mempertahankan konsep tradisional.
“Untuk kondisi perekonomian pedagang saat ini sedang terpuruk. Karena belum bisa membayar kepada penyuplai dagangan,” keluhnya. (dev/zal)