RADARSEMARANG.COM – Daya tarik Kampung Ragam Warna Kaliwungu menyedot perhatian para wisatawan. Hal itu tak luput dari peran para pemuda penggerak tradisi lokal di Kampung Ragam Warna, Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.
Salah satu tradisi lokal yang selalu digalakkan para pemuda adalah tradisi Weh-Wehan. Itu biasa dilaksanakan saat perayaan Maulid Nabi. Selain itu, Kampung Ragam Warna Kaliwungu menjadi gudang penampung kesenian. Serta menjadi wadah event tradisi maupun kesenian. Di antaranya event drum blek. Itu sudah dilaksanakan sejak dua tahun lalu.
“Kalau drumblek itu bermula dari orang-orang yang membangunkan sahur. Kemudian kami para pemuda punya ide untuk mengonsep drumblek itu menjadi musik yang indah dan bisa dipertontonkan ke masyarakat. Makanya setiap tahun selalu ada event drumblek di kampung ini,” kata Ketua Pemuda penggerak Kampung Ragam Warna Kaliwungu Muhammad Ulin Nuha kepada RADARSEMARANG.COM Kamis (27/10).
Lebih lanjut Ulin mengatakan, keunikan event drumblek di Kampung Ragam Warna ini karena alat musik yang dimainkan adalah alat-alat sederhana. Seperti tong dan beberapa alat rumah tangga lainnya. Saat ini, jumlah pemuda penggerak di kampungnya mencapai 60 orang. Itu terdiri atas lintas umur.
“Hampir 90 persen pemuda di sini terlibat melestarikan event. Memang uniknya ada di kesenian drumblek,” kata pemuda kelahiran 1998 ini.
Tak hanya itu, Kampung Ragam Warna di Kaliwungu ini terbentuk pada tahun 2018. Bahkan, seluruh warga di Kampung Ragam Warna juga gotong royong untuk melestarikan budaya dan tradisi. “Di sini kebanyakan warganya bekerja di pabrik. Tapi semua warga gotong royong pas pelaksanaan event tradisinya,” tutur Ulin dengan semangat.
Meski begitu, saat ini Kampung Ragam Warna Kaliwungu telah dikenal oleh masyarakat luas. Ulin bersama rekannya terus menggelorakan semangat lestarikan tradisi. Menurutnya, para warga di Kampung Ragam Warna sangat antusias ketika ada event.
“Para warga kalau lihat ada tamu memang sangat welcome. Kebanyakan event yang kami laksanakan itu mandiri. Jadi tidak ada ikatan dengan pemerintah,” ujar Ulin yang juga pekerja seni ini.
Ulin berharap, pihaknya bersama para pemuda terus mengenalkan tradisi lokal Kaliwungu kepada masyarakat luas. Dia juga berkeinginan supaya tradisi-tradisi di Kaliwungu Kendal bisa sampai ke luar negeri. “Ya semoga tradisi di Kaliwungu bisa semakin dikenal. Terlebih orang-orang mancanegara,” harapnya. (dev/ida)