31 C
Semarang
Wednesday, 16 April 2025

Cobek Asal Kendal Tembus Pasar Hongkong, Taiwan, Arab Saudi, hingga Kanada

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Berawal dari coba-coba, Warsito, 52, warga Desa Gebang, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal, mantap menekuni bisnisnya sebagai perajin cobek dan ulekan. Bahkan, produk usahanya itu sudah tembus ke pasar luar negeri.

Warsito sudah empat tahun menjalankan usaha sebagai pembuat alat dapur tradisional. Itu pun dilakoninya tanpa sengaja. Kala itu, Warsito merasa pekerjaannya di tanah perantauan dahulu tidak bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Awalnya, laki-laki paruh baya itu hanya iseng saja membuat cobek dan ulekan. Kemudian, dia melihat ada peluang bisnis yang bisa diteruskan dan membuahkan hasil. Saat itulah, ide bisnis membuat cobek dan ulekan muncul.

“Awalnya coba-coba membuat cobek. Ternyata banyak yang pesan. Akhirnya diteruskan dan Alhamdulillah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.

Saat wartawan koran ini tiba, terlihat banyak serpihan batu berserakan. Itu adalah sisa dari produksi cobek dan ulekan milik Warsito. Biasanya, Warsito hanya menggunakan palu dan gerinda untuk membuat cobek dari batu. Tangan terampilnya itu, perlahan-lahan memahat batu dan membentuk sebuah cobek.

Mulanya, Warsito hanya menerima pesanan saja dari tetangganya. Lambat laun, alat dapur tradisional andalan ibu-ibu rumah tangga milik Warsito semakin terkenal. Kemudian, Warsito mempromosikan cobek dan ulekan buatannya ke media sosial. Seperti whatsapp dan facebook. “Ternyata lewat media sosial lebih banyak yang memesan,” katanya saat istirahat memahat cobek.

Warsito mengatakan, harga cobek buatannya berkisar antara Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu. Itu tergantung besar kecilnya cobek yang akan dipesan. Dalam sehari, Warsito bisa membuat 5 hingga 6 cobek.

“Setiap hari juga ada saja yang pesan. Kadang satu, dua. Bahkan pernah sampai 6 biji. Itu saya kerjakan sendiri,” bebernya.

Tak hanya di pasaran Indonesia, cobek buatan Warsito juga diminati pasar luar negeri. Seperti Hongkong, Taiwan, Arab Saudi, hingga Kanada. Biasanya, Warsito mendapat pesanan cobek melalui biro Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang tidak jauh dari rumahnya. Tiap bulan selalu ada pesanan cobek untuk dikirim ke luar negeri.

“Yang pesan itu orang PJTKI, katanya mau dikirim ke luar negeri, yang paling banyak dikirim ke Taiwan,” ujarnya.

Adapun batu yang digunakan untuk membuat cobek adalah batu kali. Biasanya Warsito memesan dahulu ke daerah Batang dan Ungaran. “Karena batu kali yang dari Kendal kurang bagus untuk dibuat cobek. Sedangkan membuat cobek, batunya harus pilihan dan kuat. Supaya kalau jatuh tidak pecah,” bebernya.

Ke depannya, Warsito akan terus mengembangkan usaha produksi cobeknya. Dia juga akan meng-upgrade peralatan membuat cobek. Yakni menggunakan mesin diesel dan alat pemotong batu. “Ke depannya mau terus mengembangkan produksi cobek ini. Rencananya mau beli alat atau mesin. Biar lebih mudah dan produksinya bisa banyak,” harapnya. (dev/ida)

Reporter:
Devi Khofifatur Rizqi

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya