RADARSEMARANG.COM, Kendal – Perajin tempe masih tetap produksi meski harga kedelai naik. Kenaikan harga tempe diduga dampak atas kenaikan BBM. Meski begitu, untuk stok kedelai masih aman.
“Stok kedelai masih aman. Bahkan kebutuhan kedelai bagi perajin tahu dan tempe sudah tercover Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti),” kata Kepala Disdagkop-UKM Kabupaten Kendal Ferinando Rad Bonay.
Ia menambahkan, saat ini harga kedelai impor Rp 13 ribu per kilogram. Sebelumnya, Rp 12.500 per kilogram. Sementara kedelai lokal Rp 15 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 14 ribu. Kebutuhan kedelai di Kabupaten Kendal mencapai 1.818 ton per hari. Adapun yang tercover oleh Primkopti Kendal hanya 1.200 ton. “Kalau stok per hari ada sekitar 100 ton yang disediakan,” katanya.
Kepala Bidang Perdagangan Disdagkop-UKM Kendal Abdul Aziz memastikan stok kedelai aman. Itu karena tidak ada permasalahan dengan para perajin tahu dan tempe. Pihaknya terus berkoordinasi dengan Primkopti untuk penyaluran dan ketersediaan kedelai. “Kita selalu koordinasi dengan Primkopti. Kalau ada keluhan atau minimnya pasokan memang langsung menghubungi kami. Semua tercover aman, tidak seperti daerah lain yang bergejolak,” tambahnya.
Ahmad Haris, perajin tempe di Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon mengatakan, produksi tempe di rumah produksinya masih stabil. Ia menjual sendiri produksi tempe buatannya dengan berkeliling. Rata-rata, bisa membutuhkan 15 kilogram kedelai per harinya. “Kalau harga kedelai naik sebenarnya tidak masalah kalau pasokannya ada. Cuma ukuran tempe diperkecil,” akunya. (dev/fth)