RADARSEMARANG.COM – Berawal dari hobi memelihara dan mendengarkan kicauan burung perkutut, Lutut Nugroho berhasil meraup pundi-pundi rupiah. Sudah 400 ekor burung perkutut berhasil ia kembangbiakkan
Kicauan perkutut begitu nyaring terdengar di setiap sudut rumah Lutut Nugroho di Gang Alpokat II RT 11 RW 3 Kelurahan Kebondalem, Kecamatan Kota Kendal. Puluhan burung perkutut dalam sangkar itu beberapa digantung. Sebagian lainnya ditaruh di sangkar besar untuk tujuan dikembangbiakkan.
Tampak Lutut begitu sabar membersihkan kotoran burung yang menempel di sangkar. Ia juga mengganti pakan dan minumnya penuh ketelatenan.
Ya, kecintaannya pada perkutut itu tidak sekadar ingin dapar cuan. Tapi sepenuh hati ia merawat layaknya anak sendiri. Kadang dimandikan secara berkala supaya mempercantik bulu dan sayap terlihat berkilau.
Bapak dua anak ini mengaku menggeluti peternakan perkutut sejak sekitar sembilan tahun lalu. Saat itu, ia awal membina rumah tangga. Sebagai hiburan agar rumah ada kicau burung, ia memutuskan untuk membeli perkutut lokal.
“Saya ingat betul, perkutut pertama yang saya beli, warnanya putih. Meski perkutut lokal, tapi saya suka, karena kalau manggung (berkicau) suaranya merdu,” tuturnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Berawal dari situ, Lutut jadi ketagihan untuk memelihara perkutut lebih banyak lagi. Dari yang awalnya hanya punya sepasang, kini burung perkutut peliharaannya sudah mencapai 40 pasang atau 80 ekor.
Anggota Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI) Jawa Tengah ini mengaku, banyak mendapatkan cuan dari peternakan perkutut. Sebab, dari 40 pasang burung perkutut, setiap bulannya ia mampu menghasilkan 10 anakan.
Sejak 2014, sudah lebih dari 400 ekor perkutut terjual. Harganya mulai Rp 500 ribu hingga Rp 3,5 juta per ekor. “Malah pernah sepasang laku Rp 7,5 juta,” tandasnya.
Banyak pecinta perkutut datang ke rumahnya. Keuntungan penjualan dalam setiap bulannya tak kurang dari Rp 5 juta. “Lumayan buat tambahan penghasilan,” akunya.
Perkutut yang diternak Lutut jenis Bangkok. Perkutut jenis ini dipilih lantaran banyak peminat. Selain itu, nilai jualnya lebih tinggi. “Untungnya juga lumayan,” katanya.
Menurutnya, beternak perkutut jenis Bangkok lebih mudah perawatannya. Asal rajin dalam membersihkan sangkar dan pakannya. “Hobi apapun kalau ditekuni bisa menghasilkan rupiah,” tuturnya.
Selain berternak perkutut, Lutut juga menyediakan berbagai macam sangkar burung. Mulai harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. “Ada sangkar jenis merak yang harganya di kisaran Rp 600 ribu. Sedangkan sangkar jenis topeng eksklusif harganya mencapai Rp 2 juta-Rp 4 juta,” imbuhnya.
Tak sekadar berternak, Lutut juga banyak mengikuti sejumlah event perlombaan kicau burung perkutut di beberapa kota. Ia bahkan telah berhasil memboyong puluhan piala. “Di rumah sudah ada 19 piala dari ajang lomba burung perkutut. Kalau perkutut menang lomba, harganya jadi mahal,” akunya. (bud/aro)
–