RADARSEMARANG.COM, Kendal – Imbas kenaikan harga BBM membuat para nelayan di Kelurahan Bandengan, Kabupaten Kendal kelimpungan. Mereka kesulitan mendapatkan solar karena stoknya tidak mencukupi. Hal itu membuat para nelayan wadul kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kamis (15/9).
Nur Kalam, salah satu nelayan Bandengan mengaku kesulitan mendapatkan solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Bandengan. Dalam sekali melaut, sedikitnya dia membutuhkan 60 liter solar. Itu pun terkadang kurang. Lantaran dia juga harus berbagi dengan 500 nelayan lainnya di Bandengan.
“Idealnya sekali melaut itu butuh 80 liter solar. Saya berangkat jam 05.00 pagi dan jam 17.00 sore pulang,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM, Kamis (15/9).
Ia melanjutkan, saat ini pembelian solar di SPBN harus menggunakan E-Pas Kecil. Itu sebagai syarat pembelian lantaran di kartu tersebut sudah terpasang batas maksimal pembelian solar. Karena pasokan solar yang minim, membuat dia tidak maksimal dalam membeli solar untuk kebutuhan melautnya.
“Kartu ini hanya bisa digunakan di SPBN. Kalau beli solar di luar ya gak bisa digunakan. Saya harap pasokan solar untuk nelayan itu ditambah. Supaya tidak berhenti melaut dan bisa mencukupi kebutuhan hidup,” harapnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat berkunjung ke SPBN Bandengan mengatakan, ada dua hal yang menjadi perhatian dari dampak kenaikan harga BBM. Yakni, petani dan nelayan. Itu karena sejumlah nelayan yang tidak memiliki E-Pas Kecil kesulitan menebus solar lantaran harus memakai surat rekomendasi. Kendati begitu, Ganjar memastikan, stok solar untuk nelayan akan ditambah.
“Kita pastikan para nelayan bisa melaut. Jadi, kita akan bicarakan dengan BPH Migas dan Pertamina supaya kuota solar bersubsidi untuk para nelayan ini bisa ditambah. Karena ini masalah rakyat kecil yang butuh untuk itu,” terangnya usai menyambangi nelayan di Bandengan, Kendal.
Tak hanya itu, Ganjar juga meminta kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kendal serta Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) untuk mendata kebutuhan solar para nelayan.
“Sehingga nanti hitung-hitungan yang kurang seperti apa yang disampaikan Pak Bupati bisa kita bantu mendorong untuk bisa mendapatkannya. Tapi mendatanya harus benar, dan tersistem. Makanya harus dibangun sebuah sistem, supaya rekomendasi bisa secara elektronik, dan kartu nelayan bisa dipergunakan secara sistematis,” jelasnya didampingi Bupati Kendal Dico M Ganinduto.
Sementara itu, Direktur Perusahaan Daerah Kabupaten Kendal Agus Priyo Kusumo mengatakan, pada 2022 kuota solar di SPBN bertambah. Yakni, sebanyak 7.602 kilo liter. Sebelumnya, pada 2021 hanya 7.204 kilo liter yang tersalurkan. Meski begitu, saat ini masih banyak antrean solar subsidi untuk nelayan.
“Untuk alokasi yang di Bandengan di bulan September ini ada 192 kilo liter. Kemudian di breakdown, kita bagi, dari 16 menjadi 12 rit. Sedangkan satu rit dikirim dua hari sekali, sementara kebutuhan efektifnya 25 hari. Kita alokasinya cuma 12 rit. Otomatis memunculkan antrean,” jelasnya. (dev/aro)