RADARSEMARANG.COM, KENDAL-Ribuan pelayat terus memadati rumah duka KH Dimyati Rois, di Dusun Jagalan, Desa Kutoharjo, Kaliwungu-Kendal Jumat (10/6). Mereka berasal dari berbagai daerah untuk melepas kepergian ulama besar selama-lamanya.
Lantunan doa terus dikumandangkan hingga prosesi pemakaman. Jenazah KH Dimyati Rois disalatkan di Masjid Agung Al Muttaqien Kaliwungu. Halaman masjid itu berubah menjadi lautan manusia. Kalimat toyibah terus menggema dikumandangkan para pelayat mengiringi perjalanan Mbah Dim menuju peristirahatannya.

Mustasyar PBNU KH Dimyati Rois meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Telogorejo Semarang Jumat (10/6) sekira pukul 00.50. Lurah Pondok Al Fadhlu Kendal Harun Rosyid menceritakan, KH Dimyati Rois lahir pada 5 Juni 1945. Mbah Dim wafat di usia 77 tahun. Pada Kamis malam (9/10) sekira pukul 07.00 kondisi Mbah Dim masih sehat. Bahkan Mbah Dim masih sempat mulang ngaji para santrinya. Namun, sekira pukul 22.00, kondisi kesehatan Mbah Dim mulai drop. Kemudian oleh pihak keluarga langsung dilarikan ke RS Telogorejo Semarang. Saat di rumah sakit, Mbah Dim masih sempat mendapat penanganan medis.
“Abah Dim mengembuskan nafas sekitar pukul 00.50. Kemudian pukul 01.30 dibawa pulang ke rumah Kaliwungu,” ceritanya saat di komplek Ponpes Al Fadhlu wal Fadhilah 2, Sidorejo Brangsong, Kendal.
Lebih lanjut Haru menceritakan, hari-hari sebelumnya, Mbah Dim setiap pagi menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di sekitaran pondok. Mbah Dim juga memiliki 750 santri di Ponpes Al Fadhlu wal Fadhilah 1 dan 600 santri di Ponpes Al Fadhlu wal Fadhilah 2. Sehari-harinya, Mbah Dim hidup dalam kesederhanaan.
“Mbah Dim dimakamkan di sekitar Ponpes Al Fadlu 2 di Sidorejo, Brangsong. Sebelumnya beliau memiliki penyakit asma komplikasi,” jelasnya.
Sejumlah pejabat pun terlihat melayat di rumah duka hingga ke pemakaman. Seperti Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Wakil Gubernur (Wagub) Jateng Gus Taj Yasin Maemoen, Ketum PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar, Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid, Pengasuh Ponpes API Tegalrejo Magelang Gus Yusuf Chudlori, Pengasuh Ponpes Ploso Kediri Gus Kausar, hingga Bupati Kendal Dico M Ganinduto.
Gubernur Ganjar mengatakan, KH Dimyati Rois adalah sosok yang mengayomi semua. Mbah Dim juga ulama yang selalu memberikan kesejukan terhadap semua.
“Bukan hanya orang Jawa Tengah saja tapi sak Indonesia yang berduka. Semua tumplek blek di sini,” ungkapnya saat ditemui di Kompleks Ponpes Al Fadhlu wal Fadhilah Jagalan, Kaliwungu.
Ganjar menuturkan, dari sisi hatinya dia merasa sebagai anak yang tidak ada sedikitpun jarak dengan Mbah Dim. Menurutnya, Mbah Dim selalu menberikan kesejukan kepada semuanya. Tidak membeda-bedakan.
“Saya merasa sebagai anak ya tidak ada sedikitpin jarak. Petuah-petuah beliau (Mbah Dim) selalu membikin adem menyenangkan begitu ya. Tapi yang jelas beliau selalu memberikan nasehat-nasehat yang membikin sejuk. Saya selalu inget itu,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin merasa sangat kehilangan sosok pendiri dan perintis semangat keluarga besar pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU). Cak Imin menceritakan, KH Dimyati Rois bukan saja sosok teladan di bidang keilmuan agama, akhlak, dan kepemimpinan. Tetapi Mbah Dim memiliki pengalaman yang sangat kaya.
“Beliau seorang petani, beliau seorang pedagang, beliau seorang pelaku usaha bisnis yang sukses. Sekaligus beliau politisi kepemimpinan politik sejak zaman Pak Idham Chalid, Gus Dur, Pak Matori, sampai saya hari ini. Beliaulah yang membimbing mereka hingga saya juga,” ungkapnya saat ditemui RADARSEMARANG.COM.
Di sisi lain, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengaku turut kehilangan sosok yang sangat berpengaruh di PKB dan NU. Menurutnya, Mbah Dim adalah kiai yang akim dan memiliki wawasan luas. Selain itu, pemahaman dan pandangan terhadap politik kebangsaan memberikan satu porsi yang sangat total terhadap keberadaan NKRI dan Kebhinekaannya.
“Itu yang terus ditransformasikan beliau kepada kita semua dengan sudut pandang keagamaan yang banyak orang tidak paham. Jadi ini yang paling menyebabkan kita semua merasa kehilangan. Pengawal NKRI dengan segala kepemimpinannya,” katanya.
Sementara itu, Wagub Taj Yasin Maemoen usai melayat menyampaikan rasa kehilangan terhadap ulama besar yang menjadi panutan masyarakat. Dia menyebut, wafatnya KH Dimyati Rois atau Mbah Dim ini menjadi kesedihan masyarakat. Karena ulama besar panutan masyarakat kini telah berpulang untuk selama-lamanya.
Wagub Taj Yasin menceritakan, almarhum Mbah Dim sering menanyakan kapan datangnya malam Jumat kepada putra-putranya. Pertanyaan itu dilontarkan almarhum kepada para putra-putranya beberapa hari terakhir. Seakan akan sudah menunggu hari wafatnya. “Beliau (Mbah Dim) adalah kekasih Allah. Beliau meninggalkan begitu amal kebaikan. Seperti pondok pesantren,” ungkapnya.
Perlu diketahui, KH Dimyati Rois atau Kiai Dimyati adalah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadlu wal Fadhilah Jagalan, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Mbah Dim, sapaan akrabnya, lahir di Bulakamba, Brebes, 5 Juni 1945. Beliau menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Sebelum itu, KH Dimyati Rois atau Kiai Dimyati juga ngangsu kaweruh di Pondok Pesantren APIK Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah selama belasan tahun. (dev/ida)