RADARSEMARANG.COM, Kendal – Pondok Pesantren Assalafiyah An Nahdliyah, Desa Curugsewu, Patean, Kendal mulai mengembangkan usaha kopi. Para santri bahkan telah memiliki brand sendiri. Nu Coffe. Jadi selain mengaji, para santri juga diajarkan untuk menjadi entrepreneur.
Ide brilian ini bermula ketika banyak warga Patean yang menjadi petani kopi. Mereka menjual biji kopi ke pengepul dan tengkulak. Dengan harga yang relatif murah. “Akhirnya para santri punya inisiatif membuat biji kopi dari petani itu menjadi bubuk kopi,” kata Pengasuh Ponpes Assalafiyah Annahdliyyah Kiai Ahmad Rojin kepada RADARSEMARANG.COM.
Kopi yang ditanam warga Patean seperti kopi Arabika, Liberica, dan Robusta. Jenis kopi tersebut rupanya memiliki peluang pasar yang luas. Untuk itu para santri, mengolah biji kopi tersebut dalam bentuk bubuk dan dikemas dengan menarik yang bisa laku di pasaran. “Kami membeli biji kopi dari petani. Lalu dikemas dan diberi brand. Nama brandnya NU Coffe,” jelasnya.
Tak hanya memiliki brand produk, ponpes tersebut juga terdapat kafe yang dikelola oleh para santri. Bahkan para santri sudah mengikuti pelatihan barista. “Jadi kafe itu tidak hanya sebagai tempat minum kopi. Tapi sekaligus tempat penjualan dan pemasaran produk,” akunya. Untuk promosi melalui bazar UMKM, acara pengajian, serta dijual secara online.
Bupati Kendal Dico M. Ganinduto saat berkunjung ke Pondok Pesantren Assalafiyah An Nahdliyah menyampaikan, sesuai dengan programnya “one pondok one produk”, produk UMKM yang ada di pondok pesantren diharapkan terus berkembang dan meningkatkan kualitasnya. “Produk ini harus dikembangkan lagi. Agar bisa lebih bersaing dipasaran, offline maupun online,” kata Dico. (dev/fth)