RADARSEMARANG.COM – Ali Nurudin, ST salah satu contoh tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) di Kendal yang sukses. Ia berhasil memiliki perusahaan bergerak dalam bidang properti. Bahkan saat ini ia tengah menggagas biro perjalanan umroh di Gerakan Pemuda (GP) Ansor.
Alumni S1 Universitas Darul Ulum Jombang ini sudah sejak dini aktif di organisasi badan otonom (Banom) NU. Sejak SMP ia aktif mewarnai kegiatan di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU).
Bahkan ia pernah dipercaya menjadi Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU. Di usia muda, saat di IPNU sudah sudah mulai banyak kegiatan, seperti lomba peragaan busana tingkat kabupaten, pelatihan Jurnalistik tingkat Jateng selain itu pelatihan pengkaderan di IPNU.
Usai dai IPNU, ia melanjutkan ke Banom tingkatan muda, yakni GP Ansor. Ali saat ini didapuk sebagai Bendahara Umum Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Kendal. Ia sekaligus Ketua PAC GP Ansor Kaliwungu. Sebelumnya ia juga menjabat sebagai Ketua Pimpinan Ranting (PR) GP Ansor Desa Nolokerto.
Selama di PAC GP Ansor Kaliwungu, berbagai kegiatan dilakukannya untuk memajukan perkaderan GP Ansor. Diantaranya telah menggelar Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD), Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) Banser dengan peserta sebanyak 104 personel.
Baginya, NU adalah bagian dari pengabdian dan khidmat kepada umat. Membesarkan IPNU, GP Ansor dan Banser adalah bagian dari membesarkan NU secara struktural. Yakni untuk memperkuat perjuangan NU dengan ajaran Islam ahlus sunnah wal jamaah annahdliyah.
Menurutnya di NU ada dua jenis perjuangan. NU secara struktural dan Kultural. NU struktural adalah mereka yang mengambil peran dalam organisasi NU berikut banom-banomnya. Seperti IPNU, IPPNU, GP Ansor, Fatayat, Muslimat dan sebagainya.
Sedangkan NU Kultural, adalah mereka yang menghidupkan dan membesarkan jamaah NU secara kultur yang berlaku di masyarakat. Seperti kegiatan tahlilan, yasinan, sholawatan, manaqib, dzikir, selamatan, syukuran, pengajian dan sebagainya. “Keduanya memiliki peran saling melengkapi. Sebab NU struktural itu berisi perwakilan orang NU kultural. Sehingga terjalin komunikasi, kerja sama, silaturahmi antar majelis tahlil, yasin, pesantren, madrasah dan sebagainya,” tuturnya.
Ketika aktif di NU struktural, memiliki dampak tersendiri yang ia rasakan. Salah satunya dalam membangun usahanya. Ia mengaku menjadi banyak relasi dan jaringan. “Tentunya saya mendapatkan kemudahan, sehingga usaha saya bisa berkembang pesat,” akunya.
Ali mengaku membangun usaha bidang properti dari nol. Tanpa modal sama sekali. Dengan dengan jaringan orang-orang yang berkiprah di NU, baik secara struktural maupun kultural ia mendapatkan kepercayaan untuk mendapatkan modal usaha.
“Dari modal tersebut, kemudian saya kembangkan. Hingga sekarang akhirnya bisa sebesar ini. Dari awalnya hanya jualan sebidang tanah, sekarang saya bisa membuat kavling dan membangun usaha perumahan dan komplek rumah pertokoan (ruko),” tuturnya.
Dengan aktif di NU membuatnya jauh lebih dewasa dalam melihat berbagai persoalan. Sebab ketika aktif di NU maka harus bisa menggerakkan roda organisasi. Mulai dari mengorganisir potensi, kelemahan dalam suatu permasalahan untuk dapat dipecahkan. (bud/fth)