RADARSEMARANG.COM, Kendal — Kesedihan dan isak tangis keluarga mewarnai pemakaman Serka Anumerta Ari Baskoro. Tentara angkatan 2016 itu gugur saat menghadapi gencatan senjata Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.
Meski gugur di medan perang, tapi pihak keluarga memilih agar jenazah tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Jenazah akhirnya dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) tempat tinggalnya di Desa Pidodo Kulon, Kecamatan Patebon.
Menurut Adi Nugroho, pihak keluarga keberatan jika jenazah adiknya itu dimakamkan di TMP. Sebab lokasinya jauh. “Jadi di TPU desa kami, agar kami bisa merawat makamnya dengan mudah dan dekat juga,” katanya disela pemakaman, kemarin (22/11/2021).
Meski tidak dimakamkan di TMP, tapi prosesi pemakaman dilaksanakan secara kemiliteran. Dipimpin langsung oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI, Dudung Abdurachman. “Dimakamkan bersama di komplek makam keluarga,” kata Adi Nugroho.
Ia mengaku, menerima kabar kematian Adiknya, Sabtu (20/11/2021). Saat itu salah anggota TNI mengabari jika adiknya dalam kondisi tidak baik dan terluka akibat gencatan senjata KKB. “Tapi saat itu belum tahu kalau adik sudah meninggal apa belum,” akunya.
Kemudian sore di hari yang sama, ia mendapatkan kabar dari Kodim 0715 Kendal. Bahwa adiknya meninggal karena luka tembak. “Mendengar hal itu, ibu dan bapak langsung syok,” tuturnya.
Almarhum Serka Ari meninggalkan empat anggota keluarga. Yakni bapak, ibu , Endro Subroto dan Titik Kisworini dan dua kakak laki-laki Adi Nugroho dan Agung Raharjo. Semasa hidupnya, Ari dikenal sebagai orang yang cerdas.
Serka Ari merupakan lulusan dari SMP N 2 Kendal dan melanjutkan SMA N 1 Kendal. “Kami tiga bersaudara laki-laki semua, tapi dia yang memang sejak awal memilih sebagai tentara,” paparnya.
Ibunda Serka Ari, Titik Kisworini, 61 mengaku sering berkomunikasi dengan anaknya yang paling bontot selama bertugas di Papua. Hampir setiap hari, Serka Ari menelpon atau panggilan video untuk saling sapa dan menanyakan kabar.
“Biasanya dia cerita kalau harga makanan disana mahal-mahal semua. Bahkan harus naik perahu kalau belanja bulanan karena jaraknya sangat jauh,” katanya.
Beberapa kisah lain juga diceritakan Sertu Ari kepada ibundanya. Termasuk bermain dan belajar bersama dengan anak-anak Papua. “Los kontak, Ari tidak menghubungi kami, dan kami telfon juga tidak bisa itu mulai 15 November 2021,” katanya.
Putranya itu terakhir memberikan kabar pamit akan bertugas ke Suru-suru dari markas TNI di bagian lain. Saat itu dia hanya berpesan kepada Sertu Ari agar menjaga diri dengan baik selama bertugas. “Selama itu, nomornya sudah tidak bisa dihubungi,” paparnya. (bud/bas)